Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2013, 18:53 WIB

KOMPAS.com -  Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat setiap tahunnya. Data pada tahun 2010 menunjukkan, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2),  jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus  (Kompas 19/2/2011). Pada tahun 2013, Jawa Timur bahkan sudah mencatatkan kejadian luar biasa (KLB) penyakit ini di 3-4 kabupaten kota.

DBD disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Selain itu, masih ada nyamuk Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Penyakit ini biasanya mencapai puncak pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau. Umumnya, terjadi pada bulan Maret atau Desember. HIngga kini, belum ada obat atau vaksin bagi penyakit ini. Pencegahan DBD saat ini hanya dilakukan dengan menghindari nyamuk penyebar penyakit, misalnya dengan membersihkan lingkungan dan pengasapan.

Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta, dr.Gustan Syahri. Sp.PD menuturkan, ada 4 jenis (serotipe) berbeda virus dengue yang menjadi penyebab DBD yaitu virus dengue-1 (DEN-1), DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe DEN-3 diketahui merupakan tipe yang paling ganas menyerang. Namun sampai saat ini, belum ada hasil penelitian serulogi, untuk mengetahui dampak serangan dan ciri khusus DEN-3.

"Yang paling parah memang DEN-3, tapi kalau antibodi manusia terhadap DEN-3 sudah terbentuk, dia akan tahan," kata Gustan.

Penyakit DBD sangat berbahaya. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada 2012 lebih dari 2,5 miliar orang berisiko terinfeksi virus dengue. Selain itu, ada sekitar 50 juta orang terinfeksi virus dengue tiap tahunnya.

Jumlah negara penderita DBD juga terus bertambah. Pada 2007, ada 68 negara yang melaporkan adanya kasus DBD. Angka ini meningkat dibandingkan 1999 yang hanya 29 negara. Saat ini, lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat terkena dampak serius DBD. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com