Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2013, 10:50 WIB

Kompas.com - Banyak orang takut terhadap kanker karena penyakit ini dianggap sebagai lonceng kematian. Padahal, meski kanker adalah penyakit yang sangat serius, kemajuan ilmu kedokteran dan pengobatan, menjadikan angka kematian akibat kanker terus menurun.

Saat ini makin banyak pengobatan kanker yang berhasil baik. Obat-obatan kanker generasi baru yang secara selektif mematikan sel kanker tanpa merusak sel sehat terus dikembangkan. Obat tersebut disebut juga dengan terapi sasaran (targeted therapy).

Menurut Dr.Aru Sudoyo, pakar hematologi-onkologi medik, obat yang dipakai dalam terapi sasaran sangat berkontribusi meningkatkan usia harapan hidup pasien kanker stadium lanjut.

"Pada tahun 1990-an, orang yang sakit kanker hanya bisa bertahan enam bulan. Sekarang ini, mereka bisa bertahan lebih dari dua tahun. Harapan hidup pasien kanker pasti akan bertambah lama dalam beberapa tahun ke depan," kata Aru dalam acara media edukasi mengenai terapi sasaran yang diadakan oleh PT.Roche Indonesia di Jakarta (3/4/13).

Aru menjelaskan, pengobatan dengan terapi sasaran hanya ditujukan untuk pasien kanker stadium lanjut dan tidak untuk menggantikan kemoterapi. Pada pasien kanker stadium satu sampai tiga pengobatan utamanya adalah operasi.

"Tujuan pemberian terapi sasaran adalah supaya pasien bisa dioperasi. Karena itu sel-sel kanker yang sudah menyebar dicegah sehingga tumornya menjadi kecil dan bisa dipotong. Kondisinya jadi seperti kembali ke stadium satu," kata dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Pemberian terapi sasaran harus digabungkan dengan kemoterapi. "Obat terapi sasaran akan membantu memperkuat kemoterapi. Ibaratnya sel kanker dikepung dari berbagai sisi," katanya.

Generasi baru

Para ilmuwan saat ini terus mengembangkan obat-obatan terapi sasaran generasi baru yang lebih efektif dan mampu meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien kanker.

"Obat-obatan terapi sasaran bukan untuk melenyapkan sel kanker, tetapi menjadikan kanker sebagai penyakit kronik seperti halnya hipertensi atau diabetes yang bisa dikontrol dengan obat," kata Aru.

Menurut dr.Arya Wibitomo, Head of Medical Affairs PT.Roche Indonesia, saat ini yang menjadi fokus penelitian para ahli adalah mencari obat terapi target yang bisa bekerja tanpa kemoterapi.

"Saat ini pasien kanker diberikan dua obat, obat kemoterapi dan terapi sasaran. Nantinya cukup dalam satu sediaan obat dengan efek samping minimal," kata Arya.

Ada berbagai jenis obat terapi sasaran, salah satunya adalah antibodi monoklonal yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah yang secara khusus menyerang sel kanker. Pertumbuhan sel-sel darah yang memasok oksigen dan zat gizi ke sel kanker juga akan dihambat sehingga sel kanker menjadi kecil dan mati.

Obat-obatan terapi sasaran memang masih cukup mahal. Sebagai ilustrasi, untuk satu siklus pengobatan kanker yang digabungkan dengan kemoterapi, membutuhkan biaya antara 40-50 juta rupiah.

Terapi sasaran juga hanya bisa diberikan pada tumor padat seperti kanker paru, payudara, kolorektal, ginjal, dan otak. Obat-obatan terapi sasaran biasanya menyebabkan efek samping naiknya tekanan darah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com