Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2013, 14:58 WIB

KOMPAS.com - Indonesia menerima penghargaan atas keberhasilan pengendalian penyakit tuberkulosis (TB). Penghargaan Champion Award for Exceptional Work in the Fight Against TB diserahkan USAID Global Health, Kamis (18/4/2013), di Jakarta. Penghargaan diberikan karena keberhasilan pengobatan tuberkulosis yang mencapai 90 persen. Sementara tingkat deteksi kasus TB baru di atas 70 persen.

"Pencapaian ini menyebabkan Indonesia memiliki kontribusi dalam pemberantasan TB secara global. Meski tidak bisa bebas 100 persen, namun semoga pada 2015 TB bisa dikendalikan sepenuhnya," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi.

Program diagnostik GeneXpert dianggap memiliki kontribusi signifikan pada keberhasilan pengendalian TB. Program ini mendiagnosis bakteri Mycrobacterium tuberkulosis dalam tubuh pasien resisten terhadap pengobatan rifampicin. Adanya program ini memungkinkan pasien menerima pengobatan sesuai kondisi yang diderita. Waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 90 menit. Bila tidak resisten maka pasien akan menjalani pengobatan biasa. Sedangkan pasien yang resisten akan menjalani pengobatan line 2. Seluruh pengobatan bersifat cuma-cuma.

Pengobatan TB biasa menggunakan anti-TB isoniazid (INH) dan rifampicin (RMP). Lama pengobatan biasanya sekitar 6-9 bulan. Sedangkan pasien yang mengalami multi drug resistence (MDR) akan menggunakan obat Pirazinamide, Ethambuthol, Cicloserine, Levofloxacin, di tambah dengan suntikan Kapreomicin selama 6 enam bulan. Seluruh pengobatan berlangsung 18-24 bulan.

Menkes mengatakan, pemerintah Indonesia menjadi salah satu di dunia yang mempelopori agar TB-MDR masuk dalam kebijakan nasional. Kebijakan ini ternyata menginspirasi beberapa negara di dunia. "Ada indikasi Programatic Multi Drug Resistance TB (PMDT) diterima sebagai masukan untuk negara lain," ujarnya.

TB-MDR merupakan masalah yang cukup menjadi ganjalan. Pengobatan untuk TB tipe ini lebih mahal dan lama, dikarenakan bakteri yang sudah resisten. Resisten ini bisa diakibatkan pasien yang berhenti minum obat karen sudah merasa sehat, atau kabur di tengah pengobatan. Tantangan lain adalah terjadinya ko-infeksi. Biasanya ko-infeksi TB berjalan dengan HIV. Adanya TB akan menurunkan data tubuh. Akibatnya, virus penyebab AIDS ini mudah masuk dan berkembang biak.

Beberapa program yang menonjol dalam pemberantasan TB di daerah adalah Public Private Mix (PPM) layanan DOTS pada kelompok praktek dokter, penguatan jejaring layanan TB, pengembangan rumah sakit rujukan untuk TB-MDR, penguatan kebijakan satu pintu untuk obat anti TB, sertifikasi WHO dan Institute of Medical and Veterinary Science (IMVS) pada 5 laboratorium kultur dan Drug Suspensibility Test (DST). Kolaborasi dengan perkumpulan pasien.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan USAID (The United States Agency for International Development), Dr. Andrew Sisson mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah TB terbanyak berhak menerima penghargaan ini. Indonesia adalah penyumbang TB nomor empat di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Diperkirakan ada 430 ribu kasus TBC baru dan 169 orang di antaranya meninggal setiap hari.  USAID memberikan sumbangan untuk pengendalian TB sebesar 13 juta dolar AS per tahun.

"Semakin besar negara tentu makin banyak kasus TB yang ditemukan. Cara pengendalian inovatif diperlukan untuk mengendalikan penyebaran penyakit," kata Andrew.

Rrajin minum obat

Menkes juga berpesan agar pasien TB harus rajin minum obat untuk melindungi diri dari ko-infeksi dan resistensi kuman. Menurut Menkes, satu pengobatan TB MDR berharga sama dengan 206 pengobatan TB biasa. Makin cepat sembuh, daya tahan tubuh semakin baik. Hasilnya tubuh makin terlindungi. "Harus cepat sembuh jangan sampai menulari," kata Nafsiah.

Menkes berharap, pemerintah dapat terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung pemberantasan TB, misalnya organisasi non profit, rumah sakit, dan tenaga kesehatan di semua puskesmas. Hal ini untuk mendorong fokus pemerintah pada pelaporan kasus TB di perempuan dan usia anak, memastikan universal access untuk TB-MDR, dan meningkatkan layanan dan pengobatan untuk TB-MDR.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com