Asuncion, Senin
Cartes, pendatang baru dalam dunia politik yang tidak pernah terpilih sebelum bergabung dengan Partai Colorado empat tahun lalu, memperoleh 46 persen suara. Rival terdekatnya, Efrain Alegre dari Partai Liberal Radikal, mendapatkan 37 persen suara. Perolehan lima kandidat lainnya jauh di bawah mereka.
Ribuan pendukung Partai Colorado, yang mengenakan kaus dan syal merah, membunyikan klakson dan memasang keras-keras musik polka tradisional di ibu kota Asuncion, merayakan kembalinya partai itu ke kekuasaan.
Cartes telah bertekad mereformasi partai yang terkenal dengan korupsinya itu. Masa panjang partai tersebut berkuasa termasuk masa kediktatoran Jenderal Alfredo Stroessner tahun 1954-1989.
”Kaki saya gemetar memikirkan tanggung jawab yang begitu besar dan luar biasa sebagai presiden semua orang Paraguay,” kata Cartes dalam pidato kemenangannya. ”Saya ingin mereka yang tidak memilih kami untuk tahu bahwa saya akan berusaha keras mendapatkan kepercayaan mereka.”
Cartes, salah satu orang terkaya di Paraguay yang bergerak di bisnis tembakau dan keuangan, akan dilantik bulan Agustus untuk masa jabatan lima tahun. Terpilihnya Cartes menghentikan kecenderungan di Amerika Selatan, tempat kelompok kiri terus mendapatkan kemenangan dalam tahun-tahun terakhir.
Hanya Kolombia dan Cile yang dipimpin tokoh konservatif.
Fernando Lugo, seorang kiri mantan uskup Katolik, memenangi pemilu presiden Paraguay tahun 2008 dalam sebuah pemilihan yang menimbulkan harapan akan adanya reformasi besar. Akan tetapi, ia dimakzulkan pada Juni 2012 ketika Partai Liberal beraliran tengah-kanan meninggalkan koalisinya yang berkuasa.
Kongres menggulingkan Lugo setelah memutuskan dia bersalah dalam kasus pengosongan tanah saat 17 petugas kepolisian dan seorang buruh tani tewas.
Sebagian dari tetangga Paraguay menganggap sidang pemakzulan dua hari itu sebagai kudeta dan menerapkan sanksi diplomatik kepada Paraguay.
Namun, rakyat Paraguay tidak bergerak membela Lugo. Dia dipandang tidak berguna dan Partai Liberal adalah kekuatan politik paling kuat di dalam koalisinya.
Analis politik Alfredo Boccia menilai, kekalahan terbesar diderita Partai Liberal. ”Mereka harus menanyakan diri mengapa mendukung pemakzulan itu.” (Reuters/AP/AFP/DI)