Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2013, 07:29 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah harus terus membangun kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi makanan tinggi garam, gula, dan lemak bagi kesehatan. Tanpa adanya kesadaran, upaya apa pun untuk menekan konsumsi garam, gula, dan lemak berlebih tidak akan berhasil.

Guru Besar serta Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany, Kamis (25/4), di Jakarta, mengatakan, saat ini kesadaran masyarakat masih rendah. Untuk itu, diperlukan kampanye terus-menerus agar dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang sedang tumbuh ekonominya cenderung menikmati makanan enak yang biasanya tinggi garam, gula, dan lemak. Sebaliknya, konsumsi serat kurang dari 10 persen dari kebutuhan per hari.

Upaya membangun kesadaran masyarakat, kata Hasbullah, harus diikuti aturan mengenai peringatan bahaya konsumsi garam, gula, dan lemak tinggi di setiap kemasan produk makanan dan minuman. Selama ini, sebagian produsen hanya mencantumkan komposisi garam, gula, dan lemak pada produknya, tetapi masyarakat tidak tahu kebutuhan sebenarnya.

”Tahun ini harus mulai dibuat pemetaan makanan apa saja yang dapat dikonsumsi dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang dapat dihitung,” katanya.

Dalam buku saku pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak yang diterbitkan Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa konsumsi garam yang dianjurkan per orang per hari adalah 5 gram (setara dengan 1 sendok teh), konsumsi gula 50 gram (4 sendok makan), dan konsumsi lemak 78 gram (1,5-3 sendok makan).

Ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Samuel Oetoro, mengatakan, setelah kesadaran masyarakat terhadap bahaya garam, gula, dan lemak tumbuh, masyarakat perlu dimotivasi untuk menghindari makanan tinggi garam, gula, dan lemak. ”Hal ini merupakan investasi bagi kesehatan di masa depan agar bebas dari penyakit degeneratif,” kata Samuel.

Motivasi idealnya dilakukan secara tatap muka oleh petugas kesehatan. Namun, kampanye dan sosialisasi melalui media juga harus sering didengungkan.

Terkait pencantuman jumlah garam, gula, dan lemak di kemasan makanan dan minuman, Samuel mengatakan, hal itu merupakan upaya positif.

Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi dokter spesialis gizi klinik Tirta Prawita Sari menambahkan, pola konsumsi tinggi garam, gula, dan lemak di masyarakat sudah terbentuk sejak lama. Karena itu, perlu waktu untuk mengubah kebiasaan.

”Jalan keluarnya bisa dengan menyediakan pilihan yang sehat dan membuat regulasi untuk konsumsi makanan,” kata Prawita.

Di tingkat rumah tangga, perlu dilakukan edukasi yang agresif dan kontinu. (DOE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com