Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/04/2013, 14:25 WIB

Kompas.com - Memotong tali pusat atau plasenta begitu bayi dilahirkan, yang merupakan standar kedokteran saat ini, dinilai merugikan bayi karena mereka beresiko tinggi kekurangan zat besi.

Para ahli dan pendukung persalinan minim trauma (gentle birth) menilai praktek pemotongan plasenta segera setelah bayi lahir tersebut perlu direvisi.

Mereka menyebutkan, membiarkan plasenta tetap terhubung dengan bayi selama beberapa menit bermanfaat positif karena semakin banyak darah yang ditransfer ke bayi. "Saat bayi dilahirkan, sepertiga darahnya masih ada di tali pusat dan plasenta," kata Belinda Phipps, dari National Childbirt Trust.

Sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Royal College of Obstetrician and Gynaecologist (RCOG) tahun 2009, menyebutkan bahwa bayi yang tali pusatnya langsung dipotong memiliki kadar zat besi lebih rendah sampai periode enam bulan kemudian.

Padahal, kadar zat besi yang rendah terkait erat dengan perkembangan kecerdasan bayi. Karena itu para ahli menyarankan agar plasenta dibiarkan sampai berhenti berdenyut secara alami, kira-kira dua sampai lima menit setelah persalinan.

Sebagian rumah sakit memang sudah mulai mengubah prosedur penanganan persalinan. Saat ini juga cukup banyak ibu yang memilih metode persalinan lotus birth yang menunda pemotongan plasenta.

Juru bicara RCOG mengatakan, menunda pemotongan plasenta pada bayi baru lahir memang penting dan sebaiknya disesuaikan dengan situasi.

"Penelitian menunjukkan menunda pemotongan tali pusat lebih dari 30 detik akan mengurangi risiko anemia. Hal ini karena tersedia lebih banyak waktu untuk mentransfer darah ke bayi, terutama pada bayi prematur," katanya.

Akan tetapi, ada beberapa kasus persalinan komplikasi yang membuat pemotongan plasenta dengan cepat lebih disarankan. Pada prinsipnya adalah mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com