Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2013, 09:39 WIB

Jakarta, Kompas - Mengatasi adiksi nikotin alias kecanduan zat yang terkandung dalam rokok harus berbasis medis sebagaimana penanganan adiksi heroin dan kokain. Namun, agar berhasil, motivasi memegang peran penting.

Menurut Agus Dwi Susanto, dokter spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Persahabatan, Jakarta, Rabu (8/5), di Jakarta, pasien yang ingin berhenti merokok diberi konseling, hipnotis, dan terapi farmakologi dengan obat tertentu.

Agus yang menangani pasien di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan menekankan, hal terpenting adalah motivasi pasien berhenti merokok. ”Tanpa itu, upaya apa pun tidak akan membuahkan hasil,” katanya.

Dokter spesialis kedokteran jiwa dari klinik yang sama, Tribowo T Ginting, mengatakan, rokok menyebabkan adiksi karena menimbulkan rasa nyaman. Efek yang ditimbulkan rokok seperti efek morfin sehingga orang selalu melakukan berulang.

Perilaku orang di sekitar dan paparan iklan rokok yang menyugesti bahwa merokok itu macho, kata Tribowo, menjadi faktor pendorong.

Faktor genetik turut berperan dalam adiksi. ”Ada gen tertentu pada orang-orang tersebut yang membuat mereka lebih mudah kecanduan,” katanya.

Senada dengan Agus, Tribowo menyatakan, motivasi berperan penting dalam keberhasilan upaya berhenti merokok. Dukungan keluarga juga sangat membantu, misalnya mengingatkan agar tidak merokok dan menghindarkan hal yang mendorong untuk merokok, termasuk tidak menyediakan asbak.

Berdasar data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, secara nasional prevalensi perokok tahun 2010 adalah 34,7 persen. Prevalensi perokok tertinggi pada kelompok umur 25-64 tahun, yakni 37-38,2 persen. Pada kelompok umur 15-24 tahun, yang merokok setiap hari mencapai 18,6 persen. (DOE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com