Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2013, 19:27 WIB

TANYA :

Dear konselor AIMI, saya baru saja melahirkan bayi laki-laki 21 April lalu dengan bobot 3,375 kg panjang 50 cm dengan proses bedah caesar. Sejak melahirkan sampai hari ini, saya masih belum dapat menyusui bayi saya. Saya sudah sering kali melakukan pijat pada payudara dan puting. Tapi ASI yang keluar masih saja sedikit. Saya sedih setiap kali ingin menyusui bayi saya, bayi saya akan menghisapnya sekali dua kali saja (seperti tidak sabar). Karena saya takut bayi saya dehidrasi sepupu saya berinisiatif donor ASI untuk bayi saya dan sebagai antisipasi saya juga menyiapkan sufor. Pertanyaannya adalah mana yang lebih baik bagi saya? Apakah memilih mencari donor ASI atau memberikan sufor untuk mengatasi masalah saya ini, selama usaha saya belum berhasil. Terima kasih. 

(Ekasar Damayantie Irawan, 35, Depok)

JAWAB :

Dear bunda Eka,

Sedih pastinya ya, bila rasanya ASI kurang banyak.

Prinsip produksi ASI adalah supply by demand, artinya semakin banyak disusui/diperah, produksinya akan semakin banyak.
Jadi, cara untuk meningkatkan produksi ASI, selain banyak-banyak disusui langsung, perbanyak pula perah.

Perah menggunakan tangan bisa lebih efektif daripada menggunakan pompa, jadi ada baiknya belajar perah tangan.

Maaf, apakah bayi mendapatkan asupan menggunakan dot? Bila ya, penggunaan dot juga beresiko bayi kesulitan melekat dengan baik pada payudara. Karena, cara kerja dot bertolak belakang dengan cara kerja payudara.

Saya sarankan bunda untuk melakukan konsultasi tatap muka dengan konselor menyusui.  Hal ini akan banyak membantu bunda dan bayi, baik di masalah pelekatan maupun di upaya peningkatan produksi ASI.

Bagaimanapun, kandungan ASI (termasuk ASI perah/donor) lebih sesuai untuk perut bayi ketimbang susu formula, dan boleh menjadi salah satu pilihan sementara upaya peningkatan produksi ASI dan pelekatan dilakukan.

Semoga lancar ya bunda :)

Andriana Chaizir, Ketua AIMI Jawa Barat dan Konselor Menyusui.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com