D
Menurut ahli gizi dari Politeknik Kesehatan Jakarta II, Pritasari, sarapan merupakan cadangan energi awal untuk beraktivitas. ”Saat tidur di malam hari kadar glukosa dalam darah menurun. Sarapan pagi membuat kadar gula dalam darah normal, sehingga kita punya kekuatan,” ujarnya.
Meski tahu sarapan itu penting, ada saja alasan kita untuk tidak sarapan. ”Aku enggak sempat sarapan karena buru-buru berangkat ke sekolah,” kata Eli, siswa SMK di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Soal mengapa terburu-buru, cewek itu beralasan tak bisa bangun pagi. ”Hampir setiap malam aku tidur larut karena menyelesaikan tugas sekolah,” kilahnya.
Sebenarnya di rumah tersedia sarapan. Ada nasi dengan lauk, tetapi menengok meja makan pun ia tak sempat. Eli juga malas membawa bekal ke sekolah. Ia hanya minum air putih sebelum berangkat sekolah. Setelah perutnya sering sakit, ia mengubah pola hidup dengan tidur lebih awal dan bangun lebih pagi agar bisa sarapan.
Sementara itu, Sonia, siswa SMA PSKD IV Jakarta, memilih segelas susu hangat sebagai sarapan. Ia tak sempat makan pagi di rumah, tetapi membawa bekal roti dengan telur atau nasi putih dengan ayam goreng, tempe, dan tahu. Ia tak suka sayur.
”Sebelum masuk kelas, aku makan bubur ayam atau nasi kuning yang kubeli di dekat sekolah,” ujarnya.
Begitu pentingnya sarapan sampai pemerintah pada Februari lalu mencanangkan Pekan Sarapan Nasional. Menurut pakar gizi yang juga Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat pada Institut Pertanian Bogor, Hardinsyah, dalam skala lebih luas, sarapan berperan bagi perbaikan mutu sumber daya manusia suatu bangsa. Ia mencontohkan Singapura, Amerika Serikat, dan Jepang sejak lama memberikan sarapan kepada para siswa.