Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peraturan Kantor Memicu Bos Berhenti Merokok

Kompas.com - 29/05/2013, 00:51 WIB

Oleh: Amirsyah 
Kompasiana: amirsyahoke

Setiap tanggal 31 Mei, masyarakat dunia merayakan Hari Tanpa Tembakau. Namun bagi saya, setiap hari mestinya tidak ada tembakau rokok yang dihisap. Di semua tempat terutama di kantor, saya bertekad untuk tidak toleran terhadap perokok, kecuali terhadap atasan. Setiap kali bos mengajak ”meeting”, saya pasrah sekalipun asap dari rokoknya terhirup masuk ke paru-paru. Berada di dekat bos perokok membuat saya sulit konsentrasi. Waktu berjalan sangat lambat, dan saya ingin cepat-cepat menjauh darinya.

Sejak ada pergantian pemimpin, sudah terbayang siksaan yang akan saya alami saat dipanggil ke ruangan bos. Apalagi kantor berencana memasang alat pengisap asap di ruang kerja bos perokok itu. Namun, saat pertama kali masuk ke ruangannya, saya tidak mencium bau asap rokok. Ah, mungkin pak bos masih ”jaim” (jaga ”image”) atau sedang sakit.

Hari-hari berikutnya, bos tidak pernah terlihat merokok. Saat sosialisasi peraturan perusahaan, dia mengumumkan tidak lagi merokok sejak pindah ke tempat saya bekerja.

Pemicunya bukan karena sakit atau desakan keluarga, tetapi karena peraturan perusahaan yang berbunyi, ”Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan kebersihan udara guna mendukung kenyamanan kerja, dilarang merokok di dalam gedung, termasuk di ruang pantry, kamar kecil, tangga darurat, dan basement”.

Konsekuensi bagi pelanggar cukup berat, yaitu dikenakan hukuman disiplin ringan yang berakibat pada pemotongan gaji.

Sebagai pemimpin, dia punya tanggung jawab untuk memberikan contoh yang baik kepada jajarannya dalam mematuhi peraturan tersebut. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk berhenti merokok, tidak hanya di lingkungan kantor, tapi juga di luar kantor, termasuk saat berada di rumah.

”Kalau di luar kantor masih merokok, saya takut lupa, takut tidak sengaja merokok di kantor karena terbawa kebiasaan di luar kantor,” paparnya.

Dia juga mengaku tidak mengalami efek samping apa pun seperti yang dialami para perokok yang berusaha berhenti, seperti mulut asam dan pusing. Keinginan kuat yang didasari kesadaran tinggi membantu tubuh mengeliminasi efek-efek negatif pasca-berhenti merokok.

Saya takjub sekaligus sadar, betapa pentingnya keteladan dari pemimpin dalam penegakan peraturan. [http://kom.ps/AE5iEn]

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com