JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit tuberkulosis (TB) sering luput dari perhatian publik. Padahal, penyakit ini termasuk penyebab kematian kedua terbanyak. Setiap jamnya diperkirakan 175 orang meninggal akibat TB.
Data Kementrian Kesehatan menyebutkan, setiap tahunnya terdapat 450 ribu kasus baru. Kondisi tersebut ditambah dengan peningkatkan kasus HIV sehingga memicu peningkatkan infeksi TB-HIV.
"Padahal obat penyakit ini ada, tenaga kesehatannya juga tersedia. Tetapi jumlah korban yang meninggal tetap tinggi," kata Wakil Menteri Kesehatan Prof.Ali Gufron Mukti, dalam acara Kick Off Forum Stop TB Parternship Indonesia, di Jakarta (30/5/13).
Ali menceritakan kunjungannya ke Papua beberapa waktu lalu. "Dari 20 pasien TB, sebanyak 5 orang diantaranya terinfeksi HIV," katanya.
Penyakit TB kerap ditemui pada orang berusia produktif 16-40 tahun. Untuk menekan angka kematian dan kasus baru TB, Kemenkes menargetkan tahun 2050 Indonesia sudah bisa bebas TB.
Untuk mencapai target tersebut menurut Ali pemerintah akan lebih fokus bukan hanya pada pengobatan tapi juga meningkatkan kebersihan lingkungan.
"Kuman TB membutuhkan populasi yang padat dan lingkungan yang kotor untuk bisa berkembang. Karena itu perlu upaya mendorong kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungannya," imbuhnya.
Penelitian mengenai lingkungan tempat kuman TB tumbuh serta pencegahannya juga akan dilakukan. "Setahun ini kami akan melakukan riset, terutama tentang distribusi TB," kata Ketua Forum Stop TB, Arifin Panigoro, dalam kesempatan yang sama.
Arifin mengungkapkan, daerah Indonesia Timur menjadi sasaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. "Termasuk tentang kedisiplinan minum obat karena pengobatan TB tidak boleh dihentikan sebelum 6 bulan agar tidak terjadi kebal obat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.