Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Sukses ASI Eksklusif, Penuhi 4 Syarat Ini

Kompas.com - 14/06/2013, 08:57 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com
- Air Susu Ibu (ASI) menjadi makanan utama bayi berusia di 0-6 bulan. Pada rentang usia tersebut bayi seolah 'makan' tak kenal waktu. Kapan saja merasa lapar, bayi akan menangis minta makan. Akibatnya, seorang ibu menyusui (busui) harus siap memberi ASI kapanpun bayi membutuhkan. Hal ini mengakibatkan sebagian ibu khawatir produksi ASInya tak mencukupi.

Menurut konselor menyusui dr. Wiyarni Pambudi, SpA (K) ICBLCC, sebetulnya produksi ASI seorang sudah dirancang mencukupi kebutuhan tiap anak. "Sehingga ibu tidak perlu khawatir bila memiliki 2, 3, atau 4 anak sekaligus," katanya pada media gathering Pemahaman Tenaga Kesehatan Mengenai Kebijakan Menyusui di Indonesia di Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Menurut Wiyarni, produksi ASI sudah disiapkan saat ibu mengandung. ASI juga siap dikeluarkan bersamaan dengan lahirnya bayi. Namun produksi ASI yang sedikit di awal masa menyusui kerap membuat para ibu baru cemas. Padahal, ketakutan ini tidak perlu bila para ibu paham bahwa minimnya ASI adalah hal wajar mengingat ukuran lambung bayi pun masih sangat kecil. 

"Ketika lahir lambung bayi cuma sebesar kelereng, dan hanya cukup 10 mililiter. Karena itu produksinya sangat sedikit," ujarnya.

Walau begitu, Wiyarni menegaskan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan guna mendukung produksi ASI. Dengan memenuhi syarat-syarat berikut, keberhasilan ASI eksklusif akan lebih mudah dicapai.

1. Nutrisi

Wiyarni menyarankan busui banyak mengkonsumsi makanan bergizi. Wiyarni juga membolehkan bila busui ingin mengkonsumsi makanan bercita rasa tajam. "Pengaruhnya hanya di rasa, tidak dalam nutrisi. Asal bisa membuat ibu rileks dan merangsang produksi ASI silahkan saja," ujarnya.

Tak ada makanan tertentu yang menstimulasi produksi ASI. Menurut Wiyarni, hal ini dikarenakan produksi ASI bersifat spesifik pada setiap bayi. Produksi sedikit tidak bisa diartikan sama pada tiap ibu dan bayi. Pada ibu yang alergi, Wiyarni menyarankan ibu membatasi asupan makanan yang membangkitkan alergi. Namun alergi tidak boleh menjadi sandungan ibu menyusui bayinya.

Selain nutrisi, Wiyarni juga menyarankan ibu tidak ragu melakukan perawatan tambahan. "Misalnya perawatan payudara. Bila merasa perlu maka sebaiknya dilakukan," katanya.

2. Usahakan menyusu langsung

Langsung menyusu menjadi rangsang jitu yang menstimulasi produksi ASI. Hal ini dikarenakan aktifnya prolaktin yang merangsang produksi ASI. Bagi ibu yang harus bekerja, memerah ASI dapat menjadi solusinya. "Kalau ibu sedang di rumah sebaiknya langsung disusui. Namun jangan memasukkan benda seperti puting, misal dot buatan, pada bayi yang tidak menyusu langsung," ujarnya.

Minum susu lewat dot harus dihindari karena dikhawatirkan akan menyebabkan bayi tak mau lagi menyusu pada puting. Menyusu lewat puting memang relatif lebih sulit dibanding dot. Hal ini dikarenakan tenaga ekstra yang harus dikeluarkan bayi ketika minum ASI lewat puting. Sehingga beberapa bayi tampak berkeringat ketika minum ASI.

Wiyarni menyarankan ibu melatih bayi minum ASI, dengan botol berujung sendok atau cangkir berlubang. Meski sulit, hal ini lebih aman untuk bayi. "Memang tidak bisa langsung seperti pada dot. Diperlukan waktu latihan kurang lebih 1-2 minggu," katanya.

3. Cari dukungan

Dukungan menjadi faktor penting ibu sukses menyusui bayinya. Dukungan ini meliputi keluarga dan lingkungan kerjanya. "Sebulan sebelumnya sampaikan ke keluarga dan lingkungan kerja, jika ingin memberikan ASI. Selanjutnya cari dukungan lingkungan kerja untuk kesuksesan ASI," kata Wiyarni. Wiyarni menyarankan lingkungan kerja memberikan dukungan dengan, pemberian cuti dan ruang menyusui yang layak.

4. Disiplin dan Rajin tambah ilmu 

Bagi ibu bekerja, Wiyarni menyarankan untuk disiplin memerah ASI tiga jam sekali. Semakin sering ASI diperah, produksinya akan meningkat. "Layaknya toko, dalam produksi ASI supply sama dengan demand," kata Wiyarni.

Bila hal ini selalu dilakukan, ibu tidak perlu khawatir ASI tidak cukup bagi bayinya. Wiyarni mengatakan, produksi ASI sudah dirancang tidak lebih atau kurang pada setiap bayi. "Jangan lupa rajin baca, browsing, dan berbagi ilmu untuk memotivasi diri. Kalau sudah diniatkan tidak ada yang sulit," ujar Wiyarni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com