Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2013, 19:21 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com -
Kehidupan modern memang membuat segala hal menjadi lebih mudah. Namun hidup di zaman modern juga membuat manusia menjadi gampang terpicu amarah.

Menurut analisa seorang psikolog dari University of Central Lancashire Dr. Sandi Mann, agresi dan amarah  yang awalnya dimiliki manusia sebagai bagian dari mempertahankan hidup kini telah berubah. Di zaman modern ini, amarah kerap "salah sasaran" dan tidak pada tempatnya.

Alhasil, seseorang bisa marah akibat dipicu hal sepele dan relatif tidak berhubungan dengan penyebab munculnya rasa itu. Rasa marah pun muncul pada momen-momen sepele dan tidak tepat seperti saat menunggu dokter, memakai komputer yang 'lelet,' atau kemacetan lalu lintas.

Menurut Sandi, kehidupan yang nyaman di zaman modern memanjakan manusia.  Gaya hidup nyaman juga akan memicu harapan yang tinggi. Sedikit ketidaksempurnaan bisa membuat manusia berperilaku 'merajuk' seperti anak kecil.

"Rasa marah sebetulnya menjadi bentuk pertahanan pada nenek moyang kita," kata Mann.

Menurutnya, rasa marah ini memancing adanya upaya pertahanan, bila ada yang mencuri makanan dan predator yang mengancam dirinya.  Namun hal tersebut tidak dialami manusia di zaman sekarang.

Seperti yang dilansir The Telegraph,  fokus manusia abad 21 telah berubah. Manusia zaman dulu menggunakan energi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan dan perlindungan. Contohnya rasa lapar yang merangsang produksi serotonin. Hormon ini merangsang seeroang untuk mencari makan.

Namun dua kebutuhan dasar tersebut mudah dipenuhi pada abad ini. Akibatnya, motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, tidak memiliki penyaluran yang tepat. Motivasi ini kemudian menjadi rasa marah yang timbul sewaktu-waktu.

Marah juga menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial. Marah menjadi peringatan pada orang lain, ketika tingkah laku seseorang terasa menyebalkan.

Mann menyarankan untuk mengendalikan rasa marah yang timbul. Bila rasa marah muncul sebaiknya seseorang berfikir, apakah peristiwa yang memicu marah ini mengancam nyawa? Jika bukan, baiknya amarah dikendalikan.

Manajeman marah

Agar seseorang tetap sadar saat emosi, perlu ada strategi mengendalikan amarah. Albert Ellis dari Rational Emotive Behaviour Therapy  menyediakan strategi mengatasi marah yang disebut metode ABCD :

 A = Activating Situation or Event : Berupaya untuk menganalisa apa yang terjadi
 B = Belief System :  Apa yang dikatakan diri sendiri tentang kejadian tersebut
 C = Consequence: Apa yang dirasakan dari kejadian tersebut berdasarkan keyakinan Anda
 D = Dispute :   Bandingkan antara keyakinan dan harapan. Apakah harapan tersebut realistis atau irasional . Bila harapan terlalu tinggi dan tak seseuai kenyataan, tentu seseorang tak bisa marah.


10 hal yang sering memicu emosi :


1. Mengantre lama untuk berkonsultasi dengan dokter
2. Kemacetan
3. Angkutan umum yang penuh
4. Bercanda dengan topik sensitif
5. Teman yang tidak kunjung membayar utang
6. Dituduh bersalah
7. Harus membersihkan apa yang diperbuat orang lain
8. Menunggu lama di telepon
9. Diberi petunjuk yang salah
10. Kehilangan uang atau harta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau