Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Ingin Langsing Bebas Obesitas, Perut Harus Tetap Kenyang

Kompas.com - 28/06/2013, 09:45 WIB
Denny Santoso

Penulis


KOMPAS.com - Tak diragukan lagi bahwa obesitas merupakan satu dari sekian banyak faktor penyebab penyakit mematikan seperti serangan jantung dan stroke. Itulah sebabnya dibutuhkan usaha untuk menghentikan peningkatan risiko obesitas sedini mungkin.

Nafsu makan berlebihan adalah pemicu obesitas yang dapat menyerang berbagai tingkat usia. Napsu makan tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi tubuh sebagai neuromodulators, yakni hormon yang mempengaruhi perilaku kognitif terhadap napsu makan. Hormon tersebut adalah ghrelin, leptin, and adiponectin.

Ghrelin

Ghrelin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel lapisan P/D1 dari lambung manusia dan sel epsilon dari pankreas yang merangsang rasa lapar. Tingkat ghrelin meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan. Kadar hormon ghrelin akan menurun secara berkala setelah tubuh mulai menyerap nutrisi dari makanan.

Selain itu, ghrelin juga dapat mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan membuat seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak. Ghrelin bekerja pada hipotalamus otak dengan cara meningkatkan napsu makan ketimbang menurunkannya.

Para peneliti di Rumah Sakit Universitas Navarra menemukan bahwa, selain merangsang hipotalamus untuk menghasilkan nafsu makan, ghrelin juga bertindak pada korteks tabula rasa.

Mereka mengamati bagaimana hormon ini mengakumulasi lipid dalam jaringan lemak visceral. Lipid adalah golongan senyawa yang tidak larut dalam air, dan lemak adalah salah satu bagian dari lipid.

Dengan kata lain, ghrelin dapat memicu akumulasi lemak terutama di daerah perut (obesitas visceral) yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi hingga diabetes tipe-2.

Bahkan, penelitian lebih lanjut menyebutkan, ketika seseorang diberi suntikan ghrelin dan kemudian dipersilahkan untuk makan, mereka makan 30 persen lebih banyak dari biasanya!

Leptin

Leptin merupakan hormon yang dihasilkan sel-sel lemak yang membantu mengatur metabolisme dan nafsu makan. Hormon leptin diproduksi di dalam WAT (white adipose tissue) atau sel lemak, jadi semakin besar sel lemak maka semakin banyak juga kadar hormon leptin di tubuh manusia.

Leptin juga memberitahu otak kapan harus berhenti mengunyah dan berhenti makan, membantu merespon rasa kenyang, mengendalikan napsu makan dan mencegah makan berlebihan.

Kekurangan hormon leptin dapat memicu obesitas, terutama pada anak-anak. “Anak-anak yang tidak menghasilkan hormon ini secara cukup, memiliki nafsu makan di luar batas wajar,” kata Profesor Bouloux dari Birmingham University.

Permasalahan muncul apabila hormon leptin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Orang-orang yang menderita obesitas memiliki kadar hormon leptin yang sangat tinggi, akan tetapi tubuhnya tidak lagi memberikan sinyal pada otak yang menandakan tubuh sudah mendapat cukup makanan.

Secara tidak sadar mereka akan terus mengonsumsi makanan karena otak (hypothalamus) menganggap tubuh masih membutuhkan makanan, inilah yang disebut dengan leptin resistance.

Menurunnya metabolisme, peningkatan napsu makan, dan tubuh bertambah gemuk akibat sel-sel lemak bertambah, adalah beberapa gejal dari leptin resistance. Jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan seperti osteoporosis, serangan jantung, kanker, mood tidak stabil, libido rendah, hingga kesulitan mengendalikan berat badan.

Adinopectin

Adiponektin merupakan protein yang berasal dari jaringan adiposa. Kadar adiponektin akan menurun pada orang obesitas dan kekurangan hormon ini dapat memicu resistensi insulin.

Selain pengaruhnya terhadap metabolisme gula, adiponektin dapat juga mengatur kadar lemak dalam tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara adiponektin dengan konsentrasi trigliserida (TG) dengan small dense LDL (sdLDL) serta hubungan yang berbanding lurus dengan kolesterol HDL (HDL C).

Kadar adipolektin yang lebih tinggi dinilai baik karena dapat mencegah terjadinya penumpukan lemak sehingga menurunkan risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Banyak studi yang menunjukkan kegunaan adiponektin di dalam tubuh sebagai suatu penanda untuk sindrom metabolik. Penurunan adiponektin dalam tubuh juga dihubungkan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh, penurunan sensitivitas insulin, penumpukan lemak, dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Perut Kenyang tapi tidak gemuk

Anda mungkin bertanya-tanya, lantas apa yang bisa dilakukan untuk mengendalikan nafsu makan dan mencegah makan berlebihan? jawabannya simple sekali, yakni menjaga perut tetap kenyang.

Nah, bagaimana cara makan agar perut Anda senantiasa kenyang, tidak mudah lapar dan napsu makan tetap terkendali? berikut jawabannya untuk Anda.

- Makan perlahan

Makan dengan perlahan dapat membantu Anda kenyang lebih cepat. Cara ini dapat merangsang tubuh memproduksi hormon leptin dan mengirimkan sinyal kenyang ke otak agar Anda berhenti makan.

- Tingkatkan asupan protein


Protein ternyata lebih mengenyangkan daripada karbohidrat maupun lemak. Masukkan protein pada setiap menu makanan Anda seperti telur, baik telur rebus atau omelet saat sarapan, ikan, susu dan yoghurt.

- Pilih karbohidrat kompleks

Karbohidrat kompleks memiliki kadar gula yang stabil karena mengandung molekul gula yang kompleks dan tidak dicerna secara cepat. Hal ini membuat tubuh memiliki energi dalam jangka waktu lebih lama karena kadar gula dalam darah tidak melonjak ataupun menurun secara drastis.

Karbohidrat kompleks juga memberikan stimulus serotonin pada tubuh, yakni senyawa yang mengendalikan emosi dan juga napsu makan.

Contoh makanan mengandung karbohidrat kompleks di antaranya, beras merah, gandum dan olahannya, ubi, dan masih banyak lagi.

- Konsumsi Lemak Baik

Saat berdiet, tubuh Anda tetap membutuhkan lemak (lemak baik). Lemak baik dalam makanan dapat merangsang hormon yang membantu para pelaku diet merasa kenyang lebih lama. Sumber lemak sehat bisa didapatkan dari ikan, biji-bijian, atau kacang-kacangan. Makanan tersebut juga bisa dikonsumsi sebagai menu camilan.

- Tambahkan Serat

Tambahkan pula makanan kaya serat seperti sereal, sayuran, dan buah-buahan segar dalam menu sarapan Anda. Makanan kaya serat dapat membantu Anda kenyang lebih cepat, sekaligus membantu memperbaiki kesehatan pencernaan saat sedang berdiet. Tingkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam menu diet dan dapatkan nutrisi pentingnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau