Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Sudah 41 Tahun Berdamai dengan Diabetes

Kompas.com - 07/07/2013, 21:00 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik yang dapat menurunkan kualitas hidup para penyandangnya. Namun DM masih bisa diajak "berdamai" oleh penderitanya melalui pengelolaan yang baik.

Adalah Tri Wibowo (72)  yang mampu berdamai dengan DM selama puluhan tahun. Sejak didiagnosa menderita DM pada tahun 1972, berarti Tri berhasil melewati hampir 41 tahun dengan DM.

Tri mengakui, darah orangtua yang mengalir dalam tubuhnya merupakan salah satu faktor penentu sehingga ia bisa terkena DM. Ibunya yang juga penderita DM membuat faktor keturunan memiliki peran yang besar baginya.

"Saat saya didiagnosa menderita DM, usia saya masih 31 tahun. Cukup muda untuk sebuah penyakit kronis. Kemudian saya ingat, ibu saya yang juga menderita DM. Maka saya kira faktor keturunan cukup berpengaruh besar," papar pria yang masih terlihat segar untuk orang seusianya ini.

DM tipe 2 merupakan penyakit kronik, artinya orang tidak serta merta dapat langsung terkena diabetes meskipun juga memiliki faktor keturunan. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan terlalu banyak lemak dan kurang sayur dan buah, kurang bergerak, kurang tidur dan kebiasaan buruk lain dapat meningkatkan risiko DM.

Begitu pula dengan Tri yang mengalami DM tipe 2. Sebenarnya sejak 5 tahun sebelum ia didiagnosa menderita DM, pemeriksaan gula darahnya selalu tinggi. Gaya hidupnya pun masih belum sehat.

Beruntung, Tri dapat mengetahui penyakitnya lebih dini. Lantaran ada pemeriksaan kesehatan rutin yang diadakan di tempat ia bekerja. Dengan begitu, ia lebih mungkin segera mengubah pola hidupnya.

"Pola hidup saya langsung berubah. Tapi dulu hanya ada tiga pilar yang disarankan, yang disingkat dengan DOA," ujar mantan PNS di Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) ini.

DOA merupakan akronim dari diet, olahraga, dan apotik yang berarti obat-obatan. DOA merupakan pengelolaan dasar diabetes yang diunggulkan di masa itu. Artinya penderita DM diharuskan untuk mengontrol pola makan, olahraga atau aktivitas fisik, serta konsumsi rutin obat-obatan.

Tri mengatakan, dulu informasi tentang DM tidak sebanyak saat ini. Maka dengan dorongan kuat untuk tetap sehat yang berasal dari dirinya sendiri, Tri pun secara aktif mencari-cari informasi dari literatur.

"Saya banyak baca buku tentang penyakit ini. Akhirnya saya tahu, edukasilah yang paling penting bagi penderita diabetes," ujarnya.

Edukasi, imbuh Tri, sangat diperlukan lantaran setiap pasien DM memiliki pengelolaan yang berbeda, baik untuk pola makan, olahraga dan aktivitas fisik, serta obat-obatan yang dibutuhkan.

Hal tersebut kemudian menginspirasi Tri untuk menambah pengetahuannya tentang DM melalui diskusi-diskusi kesehatan mengenai DM, salah satunya yang rutin diadakan oleh Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI) di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta.

Ketua PEDI dr. Aris Wibudi, Sp.PD mengatakan, meskipun pasien bisa berkonsultasi dengan dokter tentang penyakitnya kasus per kasus, tapi tidak setiap detik pasien bisa bertemu dengan dokter. Oleh karena itu, alangkah baik apabila pasien juga mengerti sendiri seluk beluk tentang DM.

Tetap berpuasa

Menganut Islam, Tri pun tetap ingin menjalankan ibadah puasa setiap kali bulan Ramadhan tiba. Meskipun ada keringanan bagi orang yang sakit untuk tidak berpuasa, namun Tri merasa mampu untuk tetap berpuasa.

"Kuncinya pengelolaan yang tepat," tukasnya.

Pengelolaan DM saat berpuasa yang paling penting yaitu rajin memeriksa kadar gula darah secara mandiri. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan saat sebelum berbuka, dua jam setelah berbuka, sebelum tidur, sebelum sahir, tengah hari, dan sesuai kebutuhan.

Diabetesi juga harus membatalkan puasa apabila pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan lebih dari 300 mg/dL, dan kurang dari 60 mg/dL.

Selain itu, waktu sahur harus mendekati waktu imsak, mengatur makanan yang dimakan selama sahur dan berbuka, serta adanya penyesuaian dosis dan waktu meminum obat-obatan.

"Dengan pengelolaan yang tepat, diabetesi juga mampu berpuasa dengan nyaman," ujarnya.

Tri mengatakan, hal terpenting yang harus diingat oleh diabetesi yaitu disiplin. Lantaran jika sudah tahu apa yang harus dilakukan melalui edukasi, tetapi tidak dijalankan maka akan sia-sia.

"Kita tidak perlu diingatkan orang lain untuk disiplin. Karena disiplin itu datang dari diri sendiri," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com