Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2013, 10:27 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com -
Kenyamanan menjadi faktor penting bagi wanita ketika menjalani masa haid atau menstruasi. Momen yang terjadi setiap bulan ini membutuhkan berbagai persiapan, salah satunya adalah alat sanitasi berupa pembalut.

Pembalut yang digunakan harus nyaman dan berfungsi baik. Nyaman artinya pembalut tak mengganggu pergerakan, menyerap maksimal, dan tidak menyebabkan alergi. Sesuai perkembangan teknologi, selain pembalut biasa saat ini tersedia pula tampon untuk membantu wanita menghadapi menstruasi.

Tampon dan pembalut terbuat dari bahan yang sama, yaitu rayon atau katun. Perbedaannya, tampon dimampatkan dalam bentuk tabung kecil. Tampon dipakai dengan memasukkannya ke dalam liang vagina, untuk menyerap darah menstruasi. Sedangkan pembalut berbentuk lembaran, digunakan di luar area vagina dan berfungsi seperti popok.

Menurut spesialis kebidanan dan kandungan dari  Brawijaya Women and Children Hospital, dr. Chamim Sp.OG (K), penggunaan pembalut biasa lebih direkomendasikan ketimbang tampon.

"Lebih baik gunakan pembalut biasa. Tampon merupakan lokasi ideal tumbuhnya kuman," kata Chamim pada acara bertema Early Detection Cervical Cancer and Breast Cancer di Jakarta, Sabtu (6/7/2013).

Tampon yang menahan keluarnya darah menstruasi, kata Chamim, menjadi tempat ideal tumbuhnya bakteri. Hal ini dikarenakan darah yang jatuh ke tampon, menyebabkan tampon lembab dan memudahkan tumbuhnya kuman. Kuman yang tumbuh bisa langsung menyerang, karena ada dalam kontak yang dekat dengan target (vagina wanita).

Pembalut biasa, menurut Chamin relatif lebih aman dipakai karena sifatnya yang menampung darah menstruasi. Selain itu, pembalut juga dipakai di luar arena vagina wanita sehingga membuat lebih nyaman. "Darah menstruasi itu harus dikeluarkan, bukannya ditahan. Namun memang butuh penampungan supaya tidak kemana-mana," kata Chamim.

Pembalut yang disarankan, lanjut Chamim, terbuat dari bahan nilon atau katun, yang jarang menimbulkan alergi. Pembalut juga sebaiknya dipilih yang melekat kuat pada pakaian dalam. Hal ini untuk mencegah pembalut bergeser ketika wanita bergerak.

Pemilihan pembalut juga sebaiknya didasarkan pada daya tampung. "Pilihlah pembalut dengan daya tampung sesuai. Namun jangan lupa untuk ganti tiap 3-5 jam sekali," kata Chamim.

Tak perlu pilih yang herbal

Penggunaan pembalut berbahan herbal,  menurut Chamim, tidak disarankan karena tidak berpengaruh signifikan pada kesehatan.

"Belum ada penelitian yang menunjukkan data valid. Kalau sudah ada mungkin bisa dipercaya," katanya.

Pembalut dipilih berdasarkan kualitasnya. Menurut Chamim, penggunaan herbal hanya menambah aroma, bukannya menaikkan kualitas pembalut.

"Pilih pembalut yang standar saja, tidak perlu yang aneh-aneh. Yang penting sering ganti," ujar Chamim.

Seringnya mengganti pembalut, akan menjamin daerah kewanitaan tidak ideal bagi pertumbuhan bakteri jahat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com