Secara umum risiko penyakit kanker di masa kanak-kanak atau dewasa muda lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lahir dari ibu yang tidak bermasalah dengan kesuburannya.
Untuk leukemia di masa anak-anak, risikonya akan naik 30 persen, sementara risiko kanker kelenjar endokrin di usia dewasa muda sekitar 2,7 kali lebih tinggi.
Demikian menurut penelitian yang menganalisa data lebih dari 2,8 juta anak yang lahir di Denmark antara tahun 1964 - 2006. Sekitar 125,844 (4,4 persen) anak terlahir dari ibu yang sebelumnya memiliki gangguan kesuburan alias sulit hamil.
Menurut data, sekitar 10-15 persen pasangan di negara Barat memiliki gangguan kesuburan dan 3,5 juta anak lahir berkat terapi kesuburan seperti bayi tabung (IVF). Denmark merupakan negara di Eropa yang memiliki jumlah terbesar bayi yang lahir lewat terapi kesuburan.
Risiko kanker yang dihadapi anak-anak tersebut 18 persen lebih tinggi untuk kanker di masa anak-anak dan 22 persen lebih tinggi untuk kanker di usia dewasa muda.
"Kami menemukan bayi yang lahir dari ibu yang sebelumnya sulit hamil memiliki risiko kanker lebih besar. Terutama kanker leukemia dan kelenjar endokrin," tulis para peneliti dalam International Journal of Cancer.
Para peneliti menjelaskan, gangguan kesuburan pada wanita atau terapi kesuburan terkait dengan kanker karena mekanisme epigenetik. Ini berarti terjadi perubahan fungsi gen.
Anak-anak yang lahir dari program bayi tabung juga diketahui memiliki tingkat kelainan cetakan gen, misalnya sindrom Beckwith-Wiedemann, yang bisa menyebabkan lubang di perut atau gangguan belajar.
Ketua peneliti, Marie Hargreave dari pusat penelitian kanker Denmark, mengatakan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya gangguan mekanisme genetik yang semakin luas pada terapi kesuburan.
Meski begitu, belum diketahui apakah peningkatan risiko kanker tersebut berasal dari obat-obat yang dipakai dalam terapi kesuburan atau memang berasal dari gangguan kesuburan itu sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.