Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/08/2013, 12:05 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com — Sesuatu yang indah dan dianggap seksi sering kali menimbulkan rangsangan, tetapi seorang pria mengaku justru terangsang secara seksual saat ada yang buang gas dan mencium aroma gas yang kurang sedap.

Brad, sebut saja begitu, berkonsultasi kepada psikolog untuk mengetahui apakah ia mengalami kelainan. "Saya sangat tertarik pada suara orang kentut," kata pria yang awalnya merasa malu mengungkapkan ketertarikannya ini.

Karena Brad adalah seorang biseksual, ia juga tertarik pada suara buang angin pria atau wanita.

Mark Griffiths, psikolog, menjelaskan apa yang dialami Brad sebagai eproctophilia atau seseorang yang secara seksual terangsang oleh gas dalam perut.

Dalam wawancara dengan Griffiths, Brad menjelaskan bagaimana ia bisa menjadi eproctophilia. Ketika ia duduk di bangku sekolah, wanita yang ia taksir buang angin di kelas. Ia kemudian mencoba menggali mengapa suara buang angin itu begitu membuatnya tertarik.

"Semakin menjijikkan, semakin saya suka. Makin menjijikkan suara kentut itu dan makin cantik wanita yang melakukannya, makin saya merasa ada dualisme antara ekspektasi sosial dan kenyataan," kata Brad.

Dari penelusuran di internet yang dilakukan Griffiths, ia menemukan komunitas paraphilia, ketertarikan seksual pada sesuatu yang tidak lazim.

"Sifatnya memang individual. Orang yang berbeda mungkin mengalami paraphilia dalam cara yang lain," kata Griffiths, profesor psikologi dari Inggris.

Paraphilia sendiri bukanlah hal baru. Novelis James Joyce mengungkapkan, ia juga punya kecenderungan ini dalam surat yang ditulisnya untuk sang istri pada tahun 1909.

Menurut Griffiths, sampai saat ini paraphilia masih memiliki stigma negatif. "Paraphilia sering dianggap sebagai hal patologis dan dilihat negatif. Tetapi, kebanyakan orang dengan kondisi ini tak merasa perlu mencari terapi," katanya.

Secara psikologis, paraphilia juga dianggap sebagai fetish atau ketergantungan pada satu bagian tubuh atau benda untuk mendapat kepuasan seksual.

Dalam The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM 5), para pakar psikiatri memasukkan fetish sebagai paraphilia jika seseorang melakukan tindakan atau tertekan oleh dorongan ini.

Dalam DSM 5 juga dibuat perbedaan antara paraphilia dan gangguan paraphilic. Seseorang dengan paraphilia bisa didiagnosis dengan gangguan paraphilic jika ia merasa tertekan oleh desakan ini, atau jika mereka menyebabkan bahaya pada orang lain.

Hal ini otomatis menjadikan paedofilia (melakukan kontak fisik dengan anak di bawah umur), ekshibisionis (mendapat kepuasan seksual dengan memamerkan organ genitalnya pada orang asing yang tidak mau melihatnya), atau voyeurisme (mendapat kepuasan dari melihat wanita telanjang atau melepas pakaian) sebagai gangguan paraphilic.

"Satu hal yang bisa kita ambil dari kasus-kasus ini adalah, untuk manusia ternyata semua hal bisa membangkitkan gairah seksual, termasuk itu air mata atau orang menangis," kata Griffiths.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com