Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/08/2013, 09:55 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com -
Beberapa anak kerap mengalami demam usai disuntik vaksin. Akibatnya, beberapa orangtua memutuskan tidak memberi vaksin, karena khawatir demam yang akan melanda. Demam menyebabkan anak rewel, yang mengakibatkan istirahatnya terganggu.

Padahal, menurut Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro.demam usai vaksin tak seharusnya dikhawatirkan para orang tua.

"Justru yang harus dikhawatirkan akibat jika tidak vaksin. Serangan Haemophillis influenza tipe B (HiB) misalnya, bisa mengakibatkan pneumonia, meningitis, hingga kecacatan," ujar Sri.

Demam usai vaksin, kata Sri, disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap toksin kuman yang sudah dilemahkan yang masuk ke dalam tubuh. Sri mencontohkan vaksin DPT yang kerap menyebabkan demam. "Vaksin DPT 40 persen menyebabkan demam. Hal ini dikarenakan adanya toksin dari vaksin pertusis. Orangtua bisa memilih vaksin yang tidak menimbulkan demam," kata Sri.

Lebih jauh Sri menjelaskan, vaksin DPT terdiri atas dua jenis. Vaksin DPT whole cell dengan huruf W kecil di atas huruf P, menandakan vaksin tersebut menyebabkan demam. Hal ini dikarenakan seluruh sel kumam dimasukkan dalam vaksin, termasuk toksinnya.

Jenis vaksin kedua adalah DPT dengan huruf A kecil di atas huruf P. Huruf A merupakan kepanjangan aseluler. Artinya, kandungan toksin sudah tidak ada sehingga anak terbebas dari demam.

Terlepas dari jenis vaksinnya, Sri mengatakan orangtua tidak perlu khawatir. "Yang penting pastikan anak sehat sebelum vaksin. Namun orangtua perlu khawatir bila sebelum vaksin anak sempat kejang," kata Sri.

Untuk menentukan kondisi anak, Sri menyarankan orangtua untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Sri juga menyarankan orangtua menyediakan penurun demam seperti parasetamol dalam lemari obatnya. Namun bila demam tidak juga turun setelah 2-3 hari, sebaiknya segera dibawa ke dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com