Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Kembar Lima, Anugerah Besar dengan Risiko Besar

Kompas.com - 23/08/2013, 10:18 WIB


Oleh: M Zaid Wahyudi dan Windoro Adi

Setelah menanti selama tiga tahun, Bagus (37) dan Enita (31) akhirnya dikaruniai momongan, Selasa (20/8) pagi. Bukan hanya satu bayi, pasangan suami-istri warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu mendapat lima bayi sekaligus, empat bayi laki-laki dan seorang bayi perempuan.

”Ini kejutan buat saya dan istri,” tutur Bagus.

Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Pada Selasa malam, bayi kedua yang memiliki berat lahir 459 gram meninggal dunia. Pada Kamis (22/8) siang, bayi ketiga yang berjenis kelamin perempuan dan yang memiliki bobot paling kecil, 353 gram, juga meninggal.

Ketiga bayi lain, yaitu bayi pertama, keempat, dan kelima, masih dirawat di ruang perawatan intensif bayi baru lahir (NICU) Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (RSAB HK), Jakarta Barat. Bayi keempat memiliki bobot paling besar, yaitu 499 gram.

”Tidak mudah menangani bayi dengan berat serendah itu,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSAB HK Didi Danu Kusumo. Di negara-negara maju pun, hasil penanganan bayi ekstra kecil juga sulit diprediksi.

Terlebih lagi usia kehamilan ibu saat melahirkan kelima bayi tersebut baru 24 minggu. Kelahiran normal terjadi saat usia kehamilan 38 minggu-42 minggu. Itu berarti, saat lahir, bebeberapa organ tubuh bayi, seperti jantung, paru-paru, ataupun sistem pencernaan, baru berkembang.

”Secara alamiah, bayi 24 minggu belum siap dilahirkan,” lanjut Didi.

Sama seperti bayi-bayi yang lahir prematur (sebelum waktunya) yang lain, mereka berisiko mengalami gagal napas, penurunan kadar gula darah, hingga penurunan suhu tubuh.

Kelima bayi itu terpaksa dilahirkan tim dokter RSAB HK pada Selasa pagi karena perdarahan terus-menerus yang dialami sang ibu. Kondisi itu disertai penurunan tekanan darah dan denyut nadi ibu yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

”Jika (kelima bayi itu) tidak dilahirkan, ibu akan mengalami perdarahan terus dan membahayakan ibunya,” kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSAB HK yang menangani kasus ini, Gatot Abdurrazak.
Potensi

Kasus bayi kembar lima ini merupakan yang kedua yang ditangani RSAB HK. Kasus pertama terjadi pada November 2002. Anak kembar lima yang kini berusia 11 tahun itu diklaim semuanya tumbuh sehat.

Hal yang membedakan, ungkap Gatot, bayi kembar lima pertama lahir saat usia kehamilan ibu 28 minggu, postur tubuh ibu tinggi dan bobot setiap bayi sekitar 1.000 gram.

Sementara itu, ibu bayi kembar lima kedua memiliki postur lebih pendek. Saat kehamilan 24 minggu, ia sudah tidak bisa berjalan akibat tak mampu menahan beban kandungan.

Menurut Gatot, bayi kembar lima yang dilahirkan Enita tidak ada yang identik alias kembar fraternal. Artinya, kelima bayi itu berasal dari lima sel telur yang dibuahi lima sel sperma berbeda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com