Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2013, 07:12 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com —  Obat disfungsi ereksi masih beredar bebas dan mudah diakses tanpa resep dokter. Sebagian produk malah tak terdaftar dan palsu dengan komposisi tidak jelas yang berisiko jika dikonsumsi.

Di Jakarta, obat disfungsi ereksi (DE) dan jenis obat lain atau ramuan perangsang seksual marak dijual. Obat-obatan dijual di dekat tempat hiburan malam ataupun permukiman.

Selain di gerobak dan kios khusus ”obat kuat”, obat-obatan juga dijual di toko-toko. Di sana, penjual menyediakan sildenafil sitrat, vardenafil, tadalafil, dan lainnya. Semuanya bisa dibeli tanpa resep dokter.

”Ada yang lokal, ada yang impor. Tetapi, saya tak tahu bahannya karena keterangannya pakai tulisan China semua,” kata Rudi, penjaga kios di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur, yang 20 tahun berdagang obat. Jika di toko obat harga sebutir sildenafil sekitar Rp 150.000, di kios khusus atau gerobak dijual Rp 50.000.

Adam, penjual obat bergerobak di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, mengaku omzetnya Rp 200.000-Rp 300.000 per hari. Ia menyediakan tiga tingkatan obat, yaitu asli, kualitas satu (KW-1), dan kualitas dua (KW-2).

Meski menjual obat-obat palsu, usaha itu aman. ”Saya berjualan sekitar dua tahun, razia baru tiga kali,” katanya. Ia membayar ”uang keamanan” dan setiap akan ada razia diberi bocoran.

Tahun 2012, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan, seluruh ”obat kuat” di pasaran ilegal. Pihak BPOM tak pernah memberikan persetujuan edar produk dengan kegunaan atau indikasi obat kuat. Yang ada, persetujuan untuk obat dengan indikasi mengatasi DE yang penggunaannya harus dengan resep dokter (Kompas, 6/7).

Risiko kesehatan

Menurut Dr Nugroho Setiawan SpAnd yang berpraktik di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, obat-obat DE sebenarnya tak boleh beredar bebas. Penggunaannya butuh rekomendasi dan pengawasan dokter spesialis.

Obat DE, jika dikonsumsi sembarangan, bisa berdampak fatal bagi pengguna. Jika kadar erektogenik (penimbul ereksi) dalam obat DE melebihi kebutuhan, kata Nugroho, pembuluh darah bisa melebar dan tekanan darah berkurang, serta bisa berujung kematian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+