Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2013, 13:28 WIB
dr. Frans Liwang

Penulis


KOMPAS.com — Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah pembunuh nomor satu di berbagai belahan dunia. Faktor risiko utamanya ialah tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol tinggi, kegemukan, diabetes, kebiasaan merokok, serta riwayat keluarga.

Sejatinya, penyakit ini semakin mengkhawatirkan karena dapat muncul tanpa gejala! Dan sekali kena, artinya telah terjadi kerusakan, bahkan kematian sel-sel jantung yang bersifat permanen. Dalam hitungan tahun, fungsi jantung akan semakin menurun hingga terjadi gagal jantung.

Apabila penyakit jantung memang sangat berbahaya, apakah yang dapat kita lakukan? Mungkin Anda sudah sering mendengar tips-tips diet dan olahraga agar jantung tetap sehat. Namun, pola hidup sehat saja tidak cukup. Kita semua perlu screening atau check-up kesehatan.

Istilah screening kesehatan berarti melakukan pemeriksaan sewaktu (merasa) sehat guna mendeteksi penyakit yang tidak bergejala (asimptomatik). Dengan adanya skrining ini, dokter dapat mengupayakan pengobatan dini atau pencegahan bagi yang berisiko. Sebagai contoh, kita perlu rutin memeriksa tensi karena  hipertensi pada dasarnya tidak bergejala. Jika menunggu sampai gejala muncul, bisa jadi hipertensi tersebut telah merusak berbagai organ tubuh. Demikian halnya dengan kadar kolesterol. Tanpa pemeriksaan laboratorium, apakah Anda yakin memiliki kadar kolesterol normal?

Menimbang bahwa faktor risiko penyakit jantung bersifat akumulatif dan progresif, skrining idealnya dilakukan sedini mungkin. Dalam konsensus American Heart Association (AHA), seseorang dianjurkan untuk memeriksa tekanan darah dan kadar kolesterol sejak usia 20 tahun.

Periksa tensi minimal setahun sekali apabila normal

Tingginya tekanan darah telah terbukti jelas sebagai faktor risiko penyakit jantung. Risiko tersebut kian meningkat bila tensi terus-menerus di atas 140/90 mmHg. Oleh sebab itu, idealnya seseorang rutin memeriksa tekanan darah minimal sekali setahun apabila normal. Pemeriksaan ini cukup praktis dan mudah dilakukan.

Bagi mereka yang berusia muda, diagnosis hipertensi tidak dapat dengan sekali pengukuran. Tensi adalah parameter tubuh yang bersifat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kelelahan atau emosi. Bahkan, pengukuran tensi di rumah (secara mandiri) dan klinik (oleh petugas kesehatan) bisa saja hasilnya berbeda. Hal tersebut dinamakan white-coat hypertension. Butuh beberapa kali pemeriksaan agar dokter yakin menegakkan diagnosis hipertensi. Oleh sebab itu, pastikan Anda dalam kondisi rileks, tenang, tidak kelelahan, serta cukup tidur dan makan sebelum menjalani pemeriksaan.

Beberapa orang mungkin dapat mengalami hipertensi sejak usia muda. Perlu diingat, hipertensi tidak semata-mata terjadi karena faktor gaya hidup dan pola makan. Ada segelintir penyebab hipertensi, termasuk penyakit langka yang dapat muncul pada anak-anak. Dan untuk Kini pertanyaannya, sudahkah Anda memeriksakan diri?

Cek profil kolesterol

Demikian halnya dengan kadar kolesterol. Sebaiknya Anda pernah memeriksa kadar kolesterol lengkap. Konsensus AHA juga merekomendasikan skrining kolesterol sejak usia 20 tahun. Namun, tak perlu khawatir, jika hasilnya normal, pemeriksaan boleh diulang setiap 5 tahun sekali. Check-up ini diperlukan lebih sering bagi Anda yang berusia di atas 45 tahun (untuk laki-laki) atau 50 tahun (untuk perempuan), atau apabila hasil pemeriksaan menunjukkan nilai di atas batas rujukan, atau apabila memiliki faktor risiko penyakit jantung lainnya.

Penumpukan kolesterol beserta zat-zat radikal bebas di pembuluh darah sebenarnya telah berlangsung sejak usia dini, bahkan dimulai sejak umur 10 tahun. Akumulasi material tersebut akan membentuk suatu plak yang disebut aterom, suatu cikal-bakal penyebab serangan jantung koroner. Oleh karenanya, skrining kadar kolesterol sejak muda menjadi sangat penting.

Utamanya yang harus diperiksa ialah kadar kolesterol total, high-density lipoprotein (HDL atau "kolesterol baik"), low-density lipoprotein (LDL atau "kolesterol jahat"), serta trigliserida. Masing-masing parameter tersebut memiliki makna tersendiri dalam manajemen pengobatan nantinya.

Screening risiko jantung lainnya

Program skrining, atau dapat disebut sebagai upaya peduli terhadap kesehatan, seyogianya juga mencakup berat badan dan lingkar perut. Menurut rekomendasi AHA, sejak usia 20 tahun Anda sudah perlu memikirkan indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar perut apabila berlebih. Keduanya memiliki korelasi dengan kejadian penyakit jantung di kemudian hari.

Khusus untuk lingkar perut, jumlah lemak pada bagian perut merupakan risiko penyakit jantung ketimbang lemak pada daerah tubuh lain. Untuk orang Asia, lingkar perut idealnya kurang dari 90 cm (untuk laki-laki) atau 80 cm (untuk perempuan). Pengukuran diambil tepat di bawah pusar, dilakukan sembari duduk dan sambil buang napas (ekspirasi) maksimal.

Faktor risiko lain, seperti kadar gula darah, perlu diperiksa rutin setelah usia menginjak 45 tahun. Idealnya dicek setiap 3 tahun apabila hasilnya normal. Upaya lain, yang juga jarang tersentuh, ialah konsultasi untuk berhenti merokok dengan dokter.

Apabila Anda masih menganggap 20 tahun adalah "usia sehat", tidak demikian untuk penyakit jantung dan pembuluh darah. Justru, tren saat ini memperlihatkan banyaknya penderita jantung yang berusia muda.

Sudah saatnya beranjak dari mental cuek dan menganggap diri "sehat" tanpa pernah check-up. Tidak ada salahnya bila meluangkan sedikit waktu serta gocek untuk sekadar check-up ke dokter. Kapan lagi kita peduli terhadap kesehatan, kalau bukan sejak usia muda?

Salam sehat untuk kita semua!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com