Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2013, 09:29 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com
- Semakin banyaknya pilihan susu pertumbuhan di pasaran memudahkan para orangtua dalam mencukupi gizi buah hati. Meski begitu orangtua jangan lantas "bergantung" pada susu pertumbuhan untuk urusan gizi anak.

Guru besar kesehatan anak dari Universitas Gadjah Mada Mohammad Juffrie mengatakan, susu pertumbuhan seharusnya diposisikan sebagai pelengkap, bukan sebagai sumber gizi utama bagi anak. Karena itu, menggantikan makanan utama dengan susu pertumbuhan adalah tindakan yang kurang tepat.

"Susu pertumbuhan bukan pengganti makanan, tetapi hanya pelengkap. Anak harus tetap makan makanan yang bergizi untuk mencukupi kebutuhan gizinya," tandasnya di sela peluncuran susu pertumbuhan, di Jakarta, Kamis (17/10/2013).

Juffrie mengatakan, setelah melewati masa ASI eksklusif, anak kemudian diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) hingga usia satu tahun. Setelah itu, anak sudah bisa makan makanan yang dimakan keluarganya.

Menurut dia pemberian makanan yang bervariasi dan bergizi sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Hanya saja, kata dia, lebih baik lagi jika diberi susu sebagai pelengkap.

Karena itu, Juffrie menyarankan untuk memberikan susu di sela-sela diet anak, seperti di pagi hari dan di sore hari. Pemberian susu, imbuh dia, juga sebaiknya tidak dilakukan mendekati waktu makan supaya anak tetap mau makan makanan utamanya.

"Kalau diberikan dekat waktu makan, anak bisa sudah kenyang dan tidak mau makan," kata dia.

Tidak membuat gemuk
Juffrie mengatakan, susu pertumbuhan diformulasikan untuk melengkapi kebutuhan gizi anak, bukannya untuk membuat anak kelebihan gizi. Sebaliknya, susu pertumbuhan justru bisa membantu mengontrol nafsu makan anak sehingga menghindari anak dari risiko obesitas.

"Susu dapat mengenyangkan, sehingga mencegah anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi dan tidak bergizi. Padahal camilan itulah yang membuat kegemukan," jelas dia.

Lebih lanjut Juffrie menyarankan untuk memilih susu pertumbuhan yang tidak mengandung gula tinggi dan mudah dicerna. Tujuannya, untuk menjaga kalori yang diasup dan membuat rasa kenyang lebih lama.

Senada dengan Juffrie, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB) Handinsyah mengatakan, konsumsi susu tidak akan meningkatkan risiko kegemukan.

"Konsumsi sesuai anjuran tidak akan membuat gemuk. Kecuali, kalau diminum berlebihan dan kurang konsumsi sayur dan buah," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau