Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/10/2013, 12:11 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com - Artritis Rematoid (AR) atau orang awam biasa menyebut rematik, sejatinya penyakit yang tak pandang usia. Usia tua maupun muda rawan terserang penyakit yang menyebabkan seluruh persendian terasa nyeri ini. Bahkan peradangan sendi yang merupakan gejala rematik sebetulnya sudah muncul sejak usia muda.

Penderita rematik kerap terserang rasa lemah, selain mudah lelah dan lesu. Gejala ini juga kerap timbul pada penderita anemia.

"Waspadalah, 30 persen penderita AR menderita anemia. Hal ini dikarenakan produksi zat interleukin 6 (IL-6) yang berlebihan," kata spesialis penyakit dalam RS Hasan Sadikin, Bandung, dr Andry Reza Ahmadi, SpPD, MKes.

Zat IL-6 merupakan pemain kunci dalam penyakit AR. Kadar IL-6 yang berlebihan mencegah penyerapan zat besi dari makanan. Produksi IL-6 yang berlebihan juga menghalangi pelepasan simpanan zat besi di makrofag. Makrofag merupakan sel yang berasal dari sumsum tulang yang kemudian menjadi keping darah. Kekurangan zat besi pada menyebabkan tubuh penderita AR mudah mengalami rasa lemas dan mudah lelah.

IL-6 adalah zat mediator yang bertindak sebagai pengirim sinyal biokimia antar sel. Zat ini berperan dalam mengatur peradangan akut dan kronis di seluruh tubuh. Penelitian membuktikan, kelebihan produksi dan resptor IL-6 terutama terjadi di sinovium, yaitu lapisan jaringan tipis yang melapisi sendi. Peningkatan produksi dan reseptor inilah yang kemudian menyebabkan peradangan, pembengkakan, kerusakan, hingga kehancuran sendi.

IL-6 juga merupakan stimulator utama protein C reaktif (CRP). Saat terjadi peradangan, produksi protein CRP dalam darah meningkat. Tingginya kadar CRP dalam darah juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

"Produksi IL- 6 yang berlebihan sebetulnya tidak hanya mengarah pada peradangan sendi, tapi juga anemia, kelelahan, dan penyakit kardiovaskuler. Karena itu, untuk pasien yang diduga menderita AR akan dilakukan tes darah untuk memeriksa kandungan CRP," kata Andry.

Sampai saat ini belum ditemukan upaya spesifik agar tubuh tidak memproduksi IL-6 berlebihan. Andry menyarankan pembiasaan pola makan, cukup olahraga, dan istirahat sebagai upaya pencegahan utama.

"Biasakan menjalani gaya hidup sehat dalam sehari-hari dan jangan merokok, terutama untuk wanita. Bila pernah ada anggota keluarga yang terkena AR sebaiknya berhati-hati, dan jangan terlalu banyak mengonsumsi asupan yang mengandung terlalu banyak zat aditif," kata Andry.

Ia melanjutkan, perbedaan hormon menyebabkan wanita lebih berisiko menderita rematik dibanding pria.

Andry juga menyarankan secepatnya memeriksakan diri bila tubuh terasa mudah lelah yang disertai nyeri di persendian. Pemeriksaan dini diharapkan bisa mengetahui secepatnya bila pasien menderita AR. Selanjutnya pasien bisa secepatnya mendapat terapi, untuk mencegah efek produksi IL-6 berlebihan yang makin merugikan tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com