Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2013, 12:17 WIB
Wardah Fajri

Penulis


KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan kanker paru bisa dicegah. Rokok sebagai penyebab utama kanker paru, tentunya sangat mungkin dihindari, jika ingin terbebas dari penyakit yang dapat merenggut nyawa dalam hitungan bulan ini. Meski tak secepat kanker pankreas, penderita kanker paru juga memiliki peluang hidup yang kecil, sekitar 6-22 bulan.

Selain menghindari sebab utama kanker paru, deteksi dini juga bisa menjadi cara lain memperpanjang kesempatan hidup. Utamanya, deteksi dini bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker paru. Seperti perokok, berusia di atas 40 terutama laki-laki, dan pekerja di lingkungan pabrik.

"Kanker paru lebih dari 90 persen terjadi akibat rokok. Ini bisa dicegah, WHO mengatakan kanker paru bisa dicegah, utamanya rokok. Selain rokok, ada penyebab lain kanker paru namun presentasinya kecil, seperti genetik, polusi, makanan berminyak," ungkap Prof Dr Anwar Jusuf, SpP(K) dari RS Umum Persahabatan, di sela seminar ilmiah Tim Kerja Paru RS Kanker Dharmais (RSKD), di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ketua Tim Kerja Paru RS Kanker Dharmais, dr A Mulawarman Jayusman, SpP(K) mengatakan risiko tinggi kanker paru didapati pada perokok. Data RS Kanker Dharmais juga menunjukkan, risiko tinggi pada perokok wanita mengalami peningkatan lima tahun terakhir.

Meski berisiko tinggi kanker paru, sayangnya banyak pasien datang ke rumah sakit pada stadium lanjut. Penyangkalan, lebih percaya pengobatan alternatif, menolak diagnosa, hingga menolak operasi menjadi sejumlah sebab pasien kanker paru tak tertangani lebih dini.

Padahal, kata Mulawarman, jika kanker paru terdeteksi lebih dini, peluang hidup lima tahun bisa lebih panjang.

Dalam paparannya pada seminar ilmiah RSKD, dr Arif R Hanafi, SpP juga mengungkapkan, deteksi dini menurunkan mortaliti pasien kanker paru sebesar 20 persen.

Deteksi dini, bisa dilakukan dengan rontgen, CT-scan, serta beberapa cara lainnya.

Selain deteksi dini, orang yang berisiko tinggi kanker paru juga perlu waspada pada sejumlah gejala primer seperti sesak napas, batuk darah, nyeri dada.

Mulawarman mengungkapkan, pusing kepala yang tidak sembuh juga bisa jadi petanda lainnya. Dengan deteksi dini melalui CT-scan, pusing kepala menjadi tanda untuk kemudian dicari apakah ada metastasis di kepala.

Orang yang berisiko tinggi kanker paru juga perlu waspada jika sering mengalami keluhan nyeri punggung, rematik, karena bisa jadi kanker mengarah ke rulang. Sering sakit maag juga bisa mengarah pada metastasis di liver.

"Kadang muncul metastasis atau penyebab terlebih dahulu, setelah pemeriksaan baru diketahui terkena kanker paru," ungkapnya.

Obat belum manjur
Deteksi dini dan waspada pada sejumlah keluhan menjadi penting karena meski penelitian obat kanker paru terus berjalan, hingga kini belum ada obat yang manjur.

Prof Anwar menerangkan, kanker paru termasuk yang tidak begitu responsif terhadap obat. Hingga kini, belum ada obat yang manjur untuk mengejar cepatnya pembelahan sel pada kanker paru.

Untuk pengobatan, pasien kanker paru masih bergantung pada kemoterapi, jumlahnya 80 persen. Sementara 20 persen mengandalkan targeted therapy. Di RSKD bahkan sudah dilakukan cryo therapy.

"Terapi perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pengobatan kanker paru juga sangat bergantung pada tingkat stadiumnya," terang prof Anwar.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com