Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/11/2013, 09:40 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com-Jangan sekali-kali melewatkan sarapan. Meski dianggap sebagai kebiasaan normal, meninggalkan sarapan sesungguhnya sangat merugikan tubuh. Melewatkan asupan nutrisi untuk tubuh di awal hari berisiko meningkatkan peluang terjadinya obesitas.

Hal ini dikatakan Head Of Diet And Population Health di Medical Research Council, Dr. Susan Jebb. “Menurut saya risiko melewatkan sarapan sama dengan makan siang dan malam. Salah satu risikonya adalah peningkatan berat badan. Namun hanya sedikit yang menyadari hal ini,” ujarnya.

Sarapan, kata Jebb, membantu mempercepat metabolisme dalam tubuh. Kecepatan metabolisme merujuk pada banyaknya tubuh membakar kalori dalam satu waktu.

Sarapan memancing metabolisme tubuh kembali cepat saat pagi hari, setelah melambat pada malam hari ketika tidur. Metabolisme cepat menyebabkan tubuh segera menyediakan energi untuk aktivitas sehari-hari. Hal ini berkebalikan dengan metabolisme lambat yang tidak lekas menyiapkan energi. Akibatnya tubuh terasa lemas saat beraktivitas. Metabolisme lambat juga cenderung menumpuk lemak sehingga menyebabkan peningkatan berat badan.

Susan mengatakan sebetulnya tidak ada yang ‘ajaib’ dari sarapan, sehingga mengakibatkannya sangat penting untuk kesehatan. Namun masyarakat yang mengganggap tak sarapan sebagai hal biasa, menyebabkan dampak negatif kebiasaan ini tidak terasa.

Melewatkan waktu sarapan juga mempengaruhi pilihan hidangan dalam keseharian. “Jika tidak sarapan seseorang akan lapar saat menuju siang, dan memilih snack. Akibatnya mereka tidak makan siang dengan porsi yang cukup. Dengan kondisi ini rasa lapar kembali timbul saat sore dan lagi-lagi memilih snack. Kebiasaan ini terus berulang dan terjadilah efek buruk bagi berat badan,” kata professor pada bidang psikologi kesehataan  di University of Surrey, Jane Ogden.

Hal ini juga didukung riset tahun lalu yang dilakukan Imperial College, London. Studi ini melibatkan 21 pria dan wanita berusia sekitar 25 tahun. Para responden diharuskan tidak sarapan pada satu hari dan kembali makan pagi keesokannya. Dalam riset ini, para peneliti melakukan scan pada otak responden sambil ditunjukkan foto aneka makanan dan minuman.

Hasilnya, peneliti menemukan aktivitas diotak bagian orbito frontal cortex. Akibatnya responden cenderung makan 20 persen lebih banyak saat makan siang. Responden juga cenderung mengkonsumsi makanan tinggi kalori.

Menurut pimpinan riset, Dr. Tony Goldstone, seseorang cenderung mengkonsumsi hidangan bergula dan lemak tinggi usai tidak makan dalam waktu lama. Dengan hasil ini, seseorang yang tidak sarapan lebih berisiko mengalami obesitas dibanding yang makan pagi. Tidak makan pagi, tentunya, tak menolong seseorang menurunkan berat badan.

Riset serupa dilakukan pada sekelompok remaja oleh tim dari University of Missouri. Para remaja tersebut terbiasa melewatkan sarapan. Dalam observasi ini, para remaja diharuskan sarapan selama 3 minggu.

Hasilnya, para responden ternyata mengkonsumsi lebih banyak kalori saat sarapan. Hal ini dilakukan walau hormon ghrelin yang merangsang rasa lapar diproduksi dalam jumlah sedikit. Kalori inilah yang kemudian digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Riset ini sekaligus menekankan pentingnya sarapan sebagai sumber energi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com