Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim dan Lhani Davies, Berjuang Hapus Minuman Oplosan Metanol

Kompas.com - 03/12/2013, 10:13 WIB


OLEH : NELI TRIANA

Luka itu masih menganga di hati Tim dan Lhani Davies. Anak sulung mereka, Liam Davies (19), meninggal awal tahun 2013 akibat mengonsumsi minuman di sebuah pub di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang terkontaminasi metanol.

Menolak terus sedih dan marah, suami-istri ini justru giat berkampanye di Indonesia tentang bahaya minuman keras palsu dan oplosan.

Tim dan Lhani, akhir November lalu, datang ke Workshop Media- Kampanye Anti-minuman Oplosan, yang diselenggarakan Lembaga Kajian Opini Publik, di Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan. Itu adalah perjalanan ke-11 Tim dan Lhani ke Indonesia pasca-kematian Liam.  Suami-istri ini bersedia mengulang mengisahkan musibah Liam kepada siapa pun. ”Ini agar orang mau peduli dan mendukung upaya kami,” kata Tim.

Cerita suram itu berawal ketika Liam merayakan Natal di Lombok, pulau yang telah dikenal keluarga Davies sejak lama.

Pada malam Tahun Baru, atlet lacrosse yang mewakili Australia di kejuaraan dunia di Kanada tahun 2008 itu memilih menyeberang ke Gili Trawangan. Di Gili Trawangan, Liam bersantai, berenang, dan menyelam.

Liam pun meminta teman-temannya menghindari minuman keras lokal karena tahu salah satu kandungan arak adalah metanol yang mematikan. Saat berkumpul di pub, bartender meyakinkan Liam dan teman-temannya bahwa vodka di bar tersebut asli impor. Anak-anak muda itu pun memesan koktail, perpaduan vodka dan lime. Namun, rupanya ada campuran metanol di koktail tersebut.

Satu per satu mereka tumbang pada pagi pertama tahun 2013. Liam yang telah merasa sakit sempat membawa temannya dengan kapal menuju rumah sakit di Lombok. Seorang teman lain buru-buru ke Bali, lalu diterbangkan ke sebuah rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mendapat perawatan keracunan metanol.

Esok harinya, teman keluarga Davies, tempat Liam menginap di Lombok, menemukan pemuda itu gemetar menggigil, disorientasi, penglihatan terganggu, dan sakit luar biasa di kepala. Liam menelepon dan memberi tahu Tim dan Lhani, yang segera mengurus agar Liam dibawa pulang. Di rumah sakit setempat, Liam didiagnosis mengalami pembengkakan otak. Ia dipasangi alat penopang hidup sembari menunggu pesawat menerbangkannya ke Perth, Australia.

”Pada 5 Januari 2013, dokter menyatakan otak Liam sudah tak berfungsi. Kami ucapkan selamat tinggal dan cinta selalu untuknya. Alat penopang hidup dilepas, Liam berpulang. Itu hari terburuk bagi keluarga kami,” ujar Tim.

Metanol

Tim dan Lhani serta dua adik Liam yang semuanya laki-laki tak mau terlalu lama berkabung. Mereka menggali informasi dari berbagai media dan keluarga yang kehilangan anggotanya akibat metanol.

Terhitung sejak 2009 hingga 2013, ada 26 warga negara asing yang keracunan metanol setelah menenggak minuman keras di Medan, Sumatera, beberapa kota di Jawa, Sulawesi, Bali, serta Lombok dan pulau-pulau di sekitarnya. Dari 26 korban itu, 21 orang meninggal, termasuk Liam. Terhitung pada Juni-Agustus 2013, jika dirata- rata, delapan orang tewas di Indonesia akibat menenggak minuman oplosan.

Para korban dipastikan tidak tahu bahwa mereka mengonsumsi minuman keras palsu dengan campuran metanol. Beberapa korban lain keracunan setelah tergoda mencoba minuman keras lokal, seperti arak.

Metanol adalah alkohol yang dipakai untuk industri dan tidak boleh sedikit pun dikonsumsi. Sementara minuman beralkohol yang diperbolehkan dikonsumsi, bagi yang tidak mengharamkannya, adalah minuman yang mengandung etanol. Jika dikonsumsi secara berlebihan pun, etanol bisa mematikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com