Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2013, 10:43 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membantah kabar pembagian kondom sebagai bagian dari kampanye anti HIV/AIDS yang dilakukan di kampus perguruan tinggi negeri (PTN). Hal ini sekaligus menepis kekhawatiran masyarakat bila Kemenkes RI berada di balik aksi tersebut.
 
"Kemenkes RI tidak pernah membagi-bagi kondom di PTN," tegas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya kepada Kompas Health, yang dikirim Selasa (3/12/2013).
 
Dalam e-mail tersebut, Tjandra tidak menjelaskan lebih lanjut tentang pernyataannya. Namun, bantahan ini diharapkan dapat meluruskan kesalahpahaman yang beredar di masyarakat.     
 
Menanggapi isu pembagian kondom di kampus, Direktur Institute for Social Empowerment and Democracy Musni Umar menilai, kampanye anti HIV/AIDS dengan cara bagi-bagi kondom di area kampus tidak efektif. Kampanye akan lebih efektif bila memanfaatkan sarana teknologi informasi yang banyak digunakan mahasiswa.
 
Kurang efektifnya model kampanye bagi-bagi kondom disebabkan beragamnya pola pikir generasi muda. "Sedikitnya ada tiga jenis pola pikir dan reaksi generasi muda. Yang pertama adalah menolak, yang diwakili rohaniwan, akademisi, atau kalangan agamais. Yang kedua adalah generasi liberal, yang menganggap moral adalah urusan pribadi dan menerapkan ukuran sendiri. Yang ketiga adalah kalangan tidak mau tahu, yang terus menjalani hidup tanpa peduli lingkungannya. Kampanye jadi bahaya bila mengenai kelompok dua atau tiga," kata Umar.
 
Bila kampanye tertuju kepada kelompok dua atau tiga, kondom akan memberi kemudahan bagi mereka melakukan seks bebas. Akibatnya, kondom yang semula ditujukan sebagai proteksi terhadap HIV dan AIDS menjadi tidak tepat sasaran. Kondom akan menjadi proteksi dampak negatif dari free sex atau berhubungan seksual sebelum menikah.
 
"Bagi kalangan mahasiswa, gaya hidup bebas dan free sex mungkin bukan rahasia lagi, apalagi di kota dengan kampus ternama dan banyak mahasiswa. Menyikapi ini seharusnya dipilih model kampanye yang lebih efektif, misal dengan mendukung komunitas yang mengajak tidak melakukan seks bebas, memanfaatkan teknologi informasi yang menjadi bagian generasi muda, atau kampanye edukatif lainnya," kata Umar.
 
Kekhawatiran kampanye tidak tepat sasaran ini, kata Umar, juga melanda orangtua. Pasalnya, free sex dan gaya hidup bebas dapat mengancam masa depan atau kesehatan anak dan remaja. Karena itu, kampanye anti-HIV/AIDS dengan bagi-bagi kondom sebaiknya tidak dilakukan.
 
"Umumnya orangtua khawatir anaknya yang mahasiswa melakukan seks bebas. Kampanye 'kondomisasi' ini justru menambah beban kekhawatiran mereka," ujar Umar.
 
Ditinjau dari kondisi ini, Umar menyarankan untuk tidak melakukan kampanye pembagian kondom di kampus. Hal ini akan mencegah mahasiswa kelompok dua dan tiga menyalahgunakan kondom.
 
"Bila bagi-bagi kondom tersebut dilakukan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan kontraindikasi seperti aksi demo. Sebaiknya lakukan upaya yang lebih efektif, tentunya dengan menggandeng instansi pemerintah yang kompeten, misal Kemenkes atau Kemenpora," kata Umar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com