Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2013, 09:15 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP

Penelitian 40 tahun

Desakan untuk mengkaji ulang penggunaan triclosan, triclocarban, dan bahan kimia sejenis untuk sabun sudah mengemuka selama 40 tahun terakhir.

Pemerintah Amerika akhirnya hanya mempublikasikan temuan dari "pertempuran" tiga tahun dengan Natural Resources Defense Council, kelompok lingkungan hidup yang menuduh FDA menunda tindakan atas penggunaan bahan kimia yang punya potensi bahaya ini.

Triclosan ditemukan di sekitar 75 persen sabun cair anti-bakteri dan pembasuh badan yang dijual di Amerika Serikat. FDA juga mengatakan 93 persen produk sabun mengandung triclosan atau triclocarban.

Untuk sementara aturan ini baru berlaku untuk produk kebersihan pribadi. Implikasi lebih luas akan muncul di industri senilai lebih dari 1 miliar dollar AS atau Rp 12 triliun, mencakup ribuan produk antibakteri untuk pisau dapur, mainan, dot, dan pasta gigi.

Selama sekurangnya 20 tahun terakhir, tak terhitung perusahaan yang menambahkan triclosan dan bahan sejenis untuk ribuan produk peralatan rumah tangga. Manfaat pembunuh kuman menjadi jurus pemasaran mereka.

FDA sudah diminta mengonfirmasi manfaat penggunaan zat kimia untuk sabun antiseptik tersebut pada 1972 sebagai bagian dari UU yang dirancang sebagai pedoman umum produk pembersih anti-bakteri.

Pedoman itu tak pernah rampung. FDA kemudian membuat rancangan awal pedoman pada 1978 dan baru rampung Senin ini.

Sebagian besar penelitian seputar keamanan triclosan melibatkan hewan laboratorium termasuk tikus. Perubahan hormon testosteron, estrogen, dan tiroid, terlihat pada hewan-hewan yang terlibat percobaan.

Para ilmuwan khawatir fenomena yang sama juga akan terjadi pada manusia. Bila sampai terjadi, penggunaannya akan meningkatkan risiko infertilitas, pubertas dini, dan bahkan kanker.

Para pakar di FDA, Senin, mengatakan penelitian itu belum tentu mendapatkan hasil yang sama pada manusia. Namun mereka mengatakan pula bahwa FDA tengah mengkaji implikasi zat-zat itu pada manusia.

Kweder menambahkan, program toxicology nasional sudah lebih dulu mendapatkan fakta bahwa paparan harian zat kimia di kulit dapat memicu kanker.

Eropa sudah lebih dahulu batasi penggunaan

Pakar lain di FDA mengkhawatirkan pula penggunaan rutin bahan kimia anti-bakteri seperti triclosan ini memberi kontribusi lonjakan varian kuman yang resisten terhadap obat. Kuman super ini membuat obat-obatan antibiotik sekalipun tak efektif.

Sebelumnya pada Maret 2010, Uni Eropa sudah terlebih dahulu melarang penggunaan segala jenis bahan kimia antiseptik itu pada semua produk yang bersentuhan dengan makanan, termasuk kotak kontainer makanan dan barang berbahan perak.

Juru bicara untuk American Cleaning Institute, organisasi perdagangan produk sabun dan pembersih, mengatakan akan segera mengirimkan data terbaru ke regulator. Tercakup di dalamnya data bahwa produk mereka tak memicu resistensi antibiotik.

"Kami bingung bahwa badan tersebut menyampaikan tidak ada bukti bahwa sabun anti-bakteri bermanfaat," kata Brian Sansoni, juru bicara itu.

"Industri kami mengirimi FDA data mendalam pada 2008, yang menunjukkan sabun anti-bakteri lebih efektif membunuh kuman dibandingkan dengan sabun non-anti-bakteri," lanjut Sansoni. Kelompok ini mewakili produsen termasuk Henkel, Unilever, Colgate-Palmolive Co, dan Dow Chemical Co

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com