Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2013, 14:22 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Tahun 2013 diwarnai dengan banyak lomba lari yang digelar hampir setiap akhir pekan di kota-kota besar. Namun jika belum pernah mengikuti satupun dan ingin mencobanya di tahun depan, Anda tak perlu khawatir. Karena di tahun 2014 diprediksikan masih banyak dijumpai pagelaran serupa.

Apalagi jika resolusi Anda tahun depan adalah rutin berlari. Mengikuti lomba bisa menjadi salah satu motivasi. Namun menurut trainer fitness Nano Oerip, lomba lari boleh saja jadi motivasi, namun jangan jadikan lomba lari sebagai ajang latihan pertama setelah sekian lama tidak berlari.

"Saya selalu katakan, berlari bukanlah cara untuk bugar, namun bugarlah sebelum berlari. Artinya sebelum berlari, perlu ada persiapan fisik dengan pembiasaan diri, apalagi sebelum mengikuti lomba," tuturnya saat ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta.

Nano mengatakan, jika lama tak berolahraga kemudian langsung mengikuti lomba lari, kemungkinan cederanya sangat tinggi, sehingga justru olahraga lari pun jadi sulit untuk dilakukan secara rutin. Maka untuk menghindarinya, dia menyarankan untuk memberikan jangka waktu latihan terlebih dulu.

Jangka waktu latihan, lanjut dia, berbeda-beda pada setiap orang, tergantung kondisi tubuh orang tersebut. Misalnya orang obesitas yang lama tak olahraga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siap berlari dibandingkan orang yang tidak obesitas meski lama tak berolahraga.

Begitu pula, bagi orang yang memiliki penyakit kronik, seperti jantung atau diabetes, diperlukan konsultasi dengan dokter kapan mereka dinyatakan siap untuk berlari. Ini karena lari bukanlah olahraga yang tergolong ringan karena membutuhkan daya tahan tinggi.

Karena itu, Nano menyarankan sebelum mulai berlari, sebaiknya orang memulai dari latihan yang lebih ringan, misalnya berjalan. Jika sudah mulai terbiasa, bisa ditambah dengan berjalan cepat atau naik turun tangga.

"Sering dijumpai orang yang jarang berolahraga tiba-tiba mendadak rajin lari, motivasi untuk olahraganya bagus, namun caranya salah. Kemungkinan cederanya tinggi kalau sudah begitu," ujar Nano.

Namun Nano memaklumi apabila seseorang sudah melakukan olahraga lari kemudian jadi ketagihan. "Lari itu adiktif, karena saat lari, manusia mengeluarkan hormon endorfin yang membuat perasaan bahagia sehingga membuat orang ingin lari terus," terang dia.

Namun Nano mengingatkan supaya orang tetap memperhatikan aturan berlari. Misalnya, posisi tubuh saat berlari, harus sedikit condong ke depan. Lalu pastikan bagian kaki yang menapak pertama kali adalah bagian tengah tepalak kaki. Serta, lutut diangkat sekitar 45 derajat ke depan saat berlari.

Selain itu, lanjut dia, jadwal berlari juga perlu diperhatikan. Nano menegaskan, berlari harus dilakukan dengan jadwal yang teratur, misalnya setiap hari, dua hari sekali, atau tiga hari sekali. "Jadi jangan hari ini lari, besok lari, minggu depan bolos, baru lari lagi dua minggu lagi," ujarnya.

Sementara itu, untuk pelari pemula sebaiknya sebelum berlari lagi, tubuh diistirahatkan dulu satu atau dua hari. Ini agar tubuh kembali pulih dan mencegah cedera karena tubuh belum terbiasa.

"Berlari memang kelihatannya sederhana, namun kita perlu memperhatikan juga aturannya. Kita mau terus berlari sampai tua kan?" pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com