Akibatnya pasien gangguan panik yang mengalami nyeri dada lebih akan sering menggunakan fasilitas kesehatan dan mengeluarkan lebih banyak dana untuk mengkonfirmasi nyeri dadanya tersebut. Bahkan pada pasien yang benar mengalami gangguan jantung dan juga mengalami serangan panik, ternyata nyeri dada yang dialami pasien seperti ini lebih disebabkan karena serangan paniknya.
Pasien gangguan panik juga ketika serangan paniknya datang mengalami peningkatan aktifitas dinding otot dada yang berlebihan yang mengakibatkan naiknya kadar karbondioksida tubuh yang menyebabkan pikiran ketakutan muncul. Hal ini yang membuat pasien gangguan panik yang mengalami nyeri dada segera mencari pertolongan.
Apa yang harus dilakukan?
Pemeriksaan jantung secara menyeluruh bisa dilakukan untuk menghindari adanya masalah jantung yang tidak terdeteksi pada pasien yang mengalami nyeri dada. Pemeriksaan EKG, EKG treadmill dan ekokardiografi bisa dilakukan untuk mengkonfirmasi datangnya nyeri dada tersebut. Pada treadmill biasanya akan diketahui apakah ada penyumbatan (iskemik) pada pasien yang mengalami nyeri dada tersebut. Pasien juga perlu mengkonfirmasikan hasilnya dengan dokter jantung yang akan menunjukkan masalah yang terjadi pada pasien, termasuk juga jika tidak ada masalah yang mendasari nyerinya.
Pasien gangguan cemas terutama gangguan panik memang sering kali tidak mempercayai hasil pemeriksaan jantung yang menyatakan dirinya normal. Pasien sering kali menghabiskan banyak dana untuk melakukan pemeriksaan berulang dan tidak akan berhenti sampai dirinya merasa yakin tidak ada apa-apa. Sayangnya hal ini sering kali tidak terjadi jika masalah dasarnya yaitu gangguan paniknya belum teratasi.
Konsultasi dengan psikiater yang memahami masalah ini akan sangat membantu. Dokter jantung juga bisa memberikan informasi terkait hal ini dengan meyakinkan pasien bahwa masalah nyeri dadanya bukanlah yang berhubungan dengan jantung dan merujuk pasien ke psikiater untuk mengatasi gangguan paniknya. Hal ini tentunya untuk kualitas hidup pasien yang lebih baik dan mengurangi biaya yang tidak perlu. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.
Sumber Referensi Utama :
David Katerndahl. Chest Pain and Its Importance in Patients with Panic Disorder : An Updated Literature Review. Primary Care Companion. J Clinical Psychiatry 2008:10(5)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.