Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/02/2014, 10:42 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com – Antiseptik pencuci mulut kerap atau obat kumur menjadi pilihan untuk menyegarkan dan membersihkan rongga mulut sebelum beraktivitas. Namun, sebaiknya jangan mengganti fungsi pasta gigi dengan antiseptik pencuci mulut karena ada risiko kesehatan di baliknya.

Berdasarkan studi terbaru di jurnal Free Radical Biology and Medicine, penggunaan pencuci mulut dua kali sehari bisa meningkatkan tekanan darah hingga 3,5 milimetes of mercury (mmHg).

Peningkatan tekanan darah ini memperbesar risiko terjadinya serangan jantung. Tekanan darah tinggi adalah kondisi serius yang bisa mengakibatkan penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke dan berbagai masalah kesehatan lain.

Temuan tim riset Queen Mary University of London ini menambah faktor risiko penyakit tekanan darah tinggi. Periset yakin kandungan kimia dalam antiseptik pencuci mulut, membunuh bakteri baik yang berperan dalam relaksasi pembuluh darah. Akibatnya, rutin menggunakan antiseptik pencuci mulut berisiko meningkatkan tekanan darah.
 
Dalam studi ini, pimpinan riset Amrita Ahluwalia dan tim, meneliti efek pada pencuci mulut dengan mengukur tekanan darah 19 responden sehat selama dua minggu. Riset berlangsung dua periode, yakni tujuh hari kontrol lalu diikuti tujuh hari perlakuan dengan antiseptik pencuci mulut.

Peneliti mencatat kapasitas penurunan nitrat dan kadar nitrit dalam rongga mulut, dalam tiap periode riset. Peneliti menduga tekanan darah berhubungan dengan kandungan chlorhexidine, yaitu antiseptik yang mengatasi gangguan gusi (gingivitis) dan masalah rongga mulut lainnya.
 
Hasilnya, pencuci mulut mengkonversi bakteri dari nitrit menjadi nitrat. Hal ini bisa dilihat melalui plasma nitrat yang terus menurun. Menurunnya kadar plasma nitrat berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tekanan darah responden, yang berkisar 2 hingga 3,5 mmHg, setelah dua kali mencuci mulut dalam sehari.
 
Periset yakin, peningkatan tekanan darah berhubungan dengan berkurangnya jumlah bakteri baik dalam rongga oral. Bakteri baik menentukan kadar plasma nitrat hingga mengendalikan tekanan darah.
 
“Membunuh semua bakteri tiap harinya sangat berbahaya. Sedikit peningkatan dalam pembuluh darah berefek besar pada kematian dan kecacatan akibat penyakit jantung dan stroke,” kata Ahluwalia.

Dia juga menambahkan, riset ini tidak menganjurkan orang untuk berhenti menggunakan antiseptik pencuci mulut jika menderita infeksi gigi atau gusi. Namun sebaiknya tidak semua orang menggunakan antiseptik pencuci mulut, tanpa alasan yang jelas.
 
Temuan ini tidak berlaku untuk semua pencuci mulut, karena tidak semuanya mengandung chlorhexidine. Namun, pencuci mulut masih bisa menyebabkan bahaya yang sama lantaran mengganggu keseimbangan bakteri di rongga mulut.
 
Menurut situs salah satu pabrik produsen antiseptik pencuci mulut, produk mereka mengandung 0,2 chlorhexidine. Produk ini direkomendasikan untuk pasien dengan gusi berdarah, gangguan, infeksi rongga mulut, dan penyembuhan pasca-operasi. Sedangkan untuk kebutuhan harian, tersedia juga antiseptik pencuci mulut dengan 0,06 persen chlorhexidine.
 
Asosiasi Dental Amerika tidak merekomendasikan penggunaan pencuci mulut tanpa saran dari dokter gigi. Bergantung dari keperluan kebersihan oral tiap orang, dokter gigi bisa menyarankan penggunaan pencuci mulut dengan fluoride atau agen mikrobakterial, sebagai bagian dari rutinitas harian untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya.

Riset ini sebenarnya menyasar pengguna pencuci mulut yang ingin menyembunyikan bau mulut. Riset ini sekaligus juga menekankan bahwa pengguna seperti ini harus segera berkonsultasi ke dokter gigi. Selanjutnya bisa dilihat penyebab dan bagaimana memperbaikinya, bukan bertahan dan menyembunyikan penyebab dengan pencuci mulut antiseptik.
 
Risiko hipertensi
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, peningkatan tekanan darah sebesar dua poin bisa memperbesar risiko kematian akibat stroke hingga 10 persen, dan penyakit jantung hingga tujuh persen.

Hipertensi juga bisa terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Hal ini terbukti dengan fakta bahwa satu dari tiga orang dewasa yang mengalami hipertensi di Amerika tidak menunjukkan gejala apapun.

Hipertensi yang tidak membaik, bisa membahayakan tubuh dan mempengaruhi bagaimana darah terdesak hingga dinding arteri saat jantung memompanya. Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain usia, sejarah keluarga, kelebihan berat badan, obesitas, serta fisik yang kurang aktif.

Penderita kegemukan dan obesitas. menurut Mayo Clinic, perlu lebih banyak darah untuk menyediakan cukup oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuhnya. Fisik yang tidak aktif menyebabkan detak lebih cepat saat seseorang beraktivitas. Semakin cepat detak jantung, maka makin berat kerja jantung pada tiap kontraksi, yang mengakibatkan tekanan kuat pada arteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com