Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2014, 11:40 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com
– Deteksi dini menjadi cara ampuh mengatasi berbagai kanker, termasuk untuk kanker mulut rahim (serviks). Kanker yang ditemukan pada stadium dini lebih mudah dikendalikan, dibanding tingkat lanjut.
 
Deteksi yang menunjukkan hasil negatif tentu menimbulkan kelegaan pada wanita. Padahal hasil tersebut seharusnya membuat wanita tetap waspada.
 
“Hasil yang negatif bukan berarti menutup kemungkinan wanita bersih dari kanker. Tetap ada kemungkinannya, apalagi bila tidak menjaga gaya hidup. Namun wanita bisa makin meyakinkan diri dengan deteksi kombinasi,” kata Pimpinan Unit Women Health Centre Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Junita Indarti.    
 
Khusus untuk kanker serviks, wanita bisa mendapatkannya lewat tes gabungan Liquid Base Cytology (LBC) dan HPV DNA. Keduanya menggunakan cairan yang berasal dari mulut rahim wanita. Selanjutnya, lendir tersebut diberi cairan fiksasi untuk menentukan adanya virus HPV. Metode ini berbeda dengan pap smear yang menggunakan sel padat sebagai bahan uji.
 
“LBC memiliki sensitivitas 99-100 persen. Adanya tes ini akan melengkapi hasil HPV DNA, sehingga pasien yakin dengan keadaan dirinya. Bila LBC dan HPV DNA menunjukkan hasil negatif maka pasien kembali 3-5 tahun lagi untuk melakukan tes yang sama,” kata Junita.
 
LBC dan HPV DNA bisa didapatkan dalam satu paket dengan harga Rp 700-750 ribu di RSCM.
 
Namun, jika hasil LBC atau HPV DNA menunjukkan hasil positif, maka pasien harus melanjutkan pemeriksaan. Bila yang menyatakan hasil positif adalah LBC, maka pasien diberi tahu intensitas serangan. Jika intensitasnya rendah, tersedia opsi kembali melakukan LBC 4-6 bulan kemudian, uji HPV DNA, atau kolposkopi. Pasien harus melakukan kolposkopi jika LBC dan HPV DNA memberi hasil positif.
 
Jika yang menunjukkan hasil positif adalah uji HPV DNA, maka pasien akan diberi tahu jenis virus yang mengancam. Serangan akibat virus tipe 16 dan 18 akan langsung diteruskan dengan kolposkopi. Tapi bila serangan dikarenakan virus tipe lain, pasien diharuskan kembali lagi 6-12 bulan kemudian untuk kembali melakukan kolposkopi.
 
Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk melihat langsung kondisi dan keganasan di permukaan mulrahim. Pemeriksaan ini menggunakan alat optik dengan pembesaran 40-50 kali. Lewat pemeriksaan ini juga bisa dilakukan biopsi untuk menentukan tipe dan pengobatan kanker.
 
Terlepas dari jenis deteksi dini yang dipilih, Junita mengingatkan wanita untuk tidak segan melakukannya. Terutama pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau mengalami ketidakseimbangan esterogen. Adanya deteksi dini memungkinkan wanita mengetahui kondisi tubuhnya lebih cepat dan segera melakukan pengobatan, bila kondisinya tidak baik.
 
“Bagaimanapun kemungkinan terserang kanker selalu ada. Karena itu, lakukan deteksi dini dan jaga pola hidup tetap sehat dan aktif,” tutur Junita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com