Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2014, 13:49 WIB


TANYA :

Assalammualaikum Dok. Sekitar 2 minggu lalu sehabis main bulutangkis 3 set, saya pulang malam langsung tidur. Lalu tengah malam terbangun dan mengukur detak jantung saya 106/menit. Lalu seminggu lalu saya main lagi 2 set, dan terbangun lagi denyut nadi 93/menit. Saya sangat cemas sekali kalau terkena serangan jantung. Sebelumnya, saya main bulutangkis rutin 2 kali seminggu, antara 2-3 set. Namun belakangan ini, saya jarang main karena takut terkena serangan jantung. Saya memang mempunyai faktor risiko yaitu merokok dan suka minum kopi. Saya merokok 1 bungkus sehari isi 16, dan minum kopi 1-2 gelas sehari. Saya cek denyut nadi bangun tidur 3 hari berturut-turut antara 63-66/menit. Saya juga pernah periksa ke dokter jantung karena denyut nadi 80/menit, dan berdebar-debar kalau naik tangga. Tetapi kata dokter nggak apa. Namun saya selalu cemas akan ancaman serangan jantung.  Apa yang sebaiknya saya lakukan  dokter, terima kasih.

(Joe, 39 tahun, 165 cm, 56 kg, Balikpapan)


JAWAB :

Wassalamualaikum Wr Wb.

Pada saat istirahat jantung mengalami kontraksi  antara 60-100 kali per menit. Denyut jantung dalam kisaran itu masih dianggap normal, bahkan denyut para olahragawan bisa kurang dari 60 kali per menit.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut jantung ini. Usia, kelainan otot  jantung, kelainan klep antung, gangguan hantaran listrik jantung, kebugaran jantung, aktivitas fisik -termasuk olahraga, kelainan endokrin, hormonal, status kesehatan, kebiasaan merokok, minum kopi, bahkan emosi, dan stres.

Kalau kita cemas, takut, khawatir, misalnya Anda akan berpidato di depan umum, kalau Anda belum terbiasa, jantung Anda akan berdenyut lebih kencang, dalam batas tertentu ini adalah normal. Yang bermasalah adalah bila dialami terus menerus dan  diikuti dengan gejala lain misalnya, iramanya tidak teratur, nyeri dada, sesak nafas, keringat dingin,  dan sebagainya, apalagi timbulnya pada saat Anda berolahraga, aktivitas. Kalau Anda mengalami ini harus segera konsultasi ke dokter setempat atau menghubungi pertolongan darurat.

Kemudian, sesuai dengan keluhan Saudara yang denyut nadi Saudara naik 106 kali/menit waktu tidur, dan normal lagi setelah itu, dan Saudara sudah konsultasi dengan kardiolog setempat  maka Saya percaya bahw itu juga normal. Seperti Saya singgung di atas, emosi, stres, takut, cemas, khawatir atau barang kali Saudara habis minum kopi sebelumnya dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung Saudara, bahkan jika Saudara bermimpi denyut jantung juga dapat meningkat. Kecuali, bila Anda sering mengalaminya dan ad gejala lain yang mengikutinya.

Lalu, apa yang harus Saudara lalukan?  Kebugaran jantung seseorang dipengaruhi oleh gaya hidup. Gaya hidup tidak sehat, termasuk gaya hidup santai, merokok, makanan tidak sehat, cara Saudara  mengahadapi stress sangat menentukan kebugaran jantung Saudara. Jadi, kalau Saudara takut mengalami serangan jantung, yang pertama dan utama Saudara lakukan adalah membuang rokok, berhenti mengisap racun itu. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan bila otak saudara mengatakan bisa, dan bila Saudara sudah berpikiran, yakin, bahwa merokok itu adalah suatu penderitaan. Tetapi, bila Saudara menganggap merokok itu sebagai hal yang membuat Saudara bahagia, menyenangkan, makanmemang sulit untuk menghentikannya.

Hal lain, disamping berhenti merokok yang sebaiknya Saudara lakukan adalah olahraga teratur. Olahraga yang baik untuk jantung itu adalah olahraga erobik, seperti jalan cepat, jogging, bersepeda, lari, renang. Lakukan paling tidak 30-40 menit, 5 kali dalam seminggu. Mengenai kopi, memang dapat memacu denyut jantung lebih cepat, tetapi kalau hanya 1-2 gelas sehari biasanya tidak masalah.

Disamping itu, karena usia Saudara sudah mendekati 40 tahun, sebaiknya Saudara juga melakukan konsultasi ke internis setempat atau kardiolog, untuk melihat faktor risiko lain penyakit jantung.

Terimakasih, semoga bermanfaat!

Wassalamualaikum

@irsyal_dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com