Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Allergy Risk Tracker untuk Cek Risiko Alergi Anak

Kompas.com - 15/04/2014, 17:53 WIB
Unoviana Kartika

Penulis



KOMPAS.com -
Alergi merupakan hal yang cukup sering terjadi pada anak. Bahkan, penelitian menunjukkan 30 persen anak yang berusia 3-6 tahun mengalami alergi, baik itu eksim, alergi rinitis, maupun asma. Risiko alergi pun kian meningkat seiring memburuknya kualitas lingkungan.
 
Kini, risiko alergi pada anak lebih mudah diketahui dengan alat pendeteksi alergi sederhana yaitu Allergi Risk Tracker (ART). Alat yang berupa aplikasi tersebut diluncurkan okeh Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas bekerja sama dengan Nestle Nutrition Institute di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
 
ART memberikan informasi tentang gejala umum alergi, seperti kulit gatal-gatal, ruam kulit, bersin, sesak napas, mata gatal, dan berair. Aplikasi itu juga membantu mengidentifikasi peringkat risiko alergi seseorang, apakah rendah, sedang, atau tinggi, serta cara untuk mengurangi risikonya. ART dapat diakses melalui situs www.sadaralergi.com.
 
Dokter anak spesialis alergi Zakiudin Munasir menjelaskan, secara umum risiko alergi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Risiko tersebut meningkat pada anak yang memiliki orangtua dengan alergi.
 
"Jika salah satu orangtua saja yang memiliki alergi, risiko pada anak yaitu 20-40 persen. Namun jika keduanya, risiko alergi meningkat menjadi 50-80 persen," papar peneliti Health Economics dari Unit Kesatuan Kerja Alergi-Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia ini dalam acara peluncuran ART tersebut.
 
Jika orangtua tidak memiliki alergi, anak juga bisa memiliki risiko meskipun lebih rendah yaitu 10-20 persen.

Faktor lingkungan merupakan faktor alergi yang bisa dikendalikan oleh manusia.  Nutrition Advisory Broad Nestle Nutrition Institute Michelle Maria Pietzak menjelaskan, faktor lingkungan meliputi prosedur kelahiran, pemberian ASI, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Prosedur kelahiran melalui metode Caesar lebih mungkin meningkatkan risiko alergi.

 
"Sementara itu, pemberian ASI dan MPASI pada waktu yang tepat sesuai dengan rekomendasi akan menurunkan risikonya," ujarnya.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com