Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2014, 15:57 WIB

Obat yang digunakan dalam terapi berhenti merokok di Klinik Berhenti Merokok itu termasuk terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy/NRT). Obat itu menghalangi nikotin menempel pada reseptor di otak, sambil mengeluarkan dopamin dalam jumlah kecil. Dosis obat akan disesuaikan sehingga di akhir program, reseptor pada otak kembali normal dan tak menagih nikotin.

Untuk mengetahui sejauh mana kedisiplinan berhenti merokok, pasien diperiksa dengan alat yang bisa menghitung kadar karbon monoksida (CO) dalam udara pernapasan dan darah pasien. Kadar CO seorang perokok minimal 4 ppm (part per million). Pasien di klinik berhenti merokok RSUP Persahabatan pernah ada yang memiliki kadar CO hingga 15 ppm. Pasien itu mampu menghabiskan rokok tiga bungkus sehari. Setelah mengikuti program berhenti merokok dengan tekad kuat, ia akhirnya bisa mencapai kadar CO 3 ppm.

Selain minum obat, ada juga sejumlah metode terapi yang dapat dilakukan dalam program berhenti merokok, antara lain hipnoterapi dan akupunktur. Di Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan dua metode ini menjadi metode tambahan saja.

Sebenarnya, tidak perlu berobat ke rumah sakit jika ingin berhenti merokok. Berhenti merokok bisa dilakukan sendiri oleh si perokok. Syaratnya, tekad kuat dan disiplin.

Namun, diakui, tak semua orang mampu melakukan itu. Menurut Feni, bagi mereka yang memutuskan ikut program berhenti merokok di layanan kesehatan, kuncinya adalah dukungan dari lingkungan terdekat, baik lingkungan keluarga, tempat kerja, dan pergaulan sosial. ”Biasanya pasien menyerah saat sakaw. Karena itu, perlu dukungan dari lingkungan terdekat,” kata dia.

Oleh karena itu, sebaiknya pasien yang mengikuti program berhenti merokok didampingi saat berkunjung ke rumah sakit. Selama ini, pasien Klinik Berhenti Merokok di RSUP Persahabatan kebanyakan dari kalangan mampu secara ekonomi.

Ke depan, Feni menyatakan, layanan berhenti merokok sebaiknya tersedia di layanan kesehatan tingkat pertama. Jika membutuhkan rujukan, baru pasien berobat ke rumah sakit.

Biasanya, perokok akan berhenti merokok ketika menderita penyakit tertentu, seperti kanker dan penyakit jantung. Padahal, akan lebih baik jika tak mencoba rokok sejak awal.

Edison mengingatkan, jangan pernah mencoba merokok. Sekali merokok, kita akan kecanduan dan sulit berhenti mengisapnya. Sekali kita merokok, perlahan tetapi pasti, zat berbahaya dalam rokok akan menggerogoti tubuh hingga berujung kesakitan, bahkan menjemput maut. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com