Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2014, 11:24 WIB

KOMPAS.com - Melalui program dokumenter, "Doctors Go Wild", Kompas TV mengajak dua dokter untuk mengeksplorasi berbagai tempat di pelosok Nusantara, melihat dan mempelajari berbagai tata cara serta keunikan pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat setempat.

Kedua dokter tersebut adalah Ratih Citra Sari (33), traveler bergelar S2 Hukum Kesehatan, dan Andri Prasetya Wibowo (31), dokter residen urologi yang mencintai fotografi dan backpacking. Episode perdana Doctors Go Wild akan mulai ditayangkan pada 2 Juni 2014.

Kali ini kedua dokter ini sampai di Kalimantan dan inilah cerita perjalanan mereka.

Lama saya terdiam memandangi laki-laki dengan tubuh kurus berbalut kulit yang terbaring dihadapan saya. Ia seorang ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS, yang sudah satu tahun terakhir pulang ke kampungnya di Wa'yagung, Krayan, Kalimantan Timur.

Dulu ia bekerja di Malaysia, kemudian setelah didiagnosis mengidap HIV, ia sempat berobat disana namun karena merasa keadaannya semakin buruk, ia memutuskan pulang ke kampungnya, sebagian karena ingin dekat dengan keluarga, sebagian lagi karena Wa'yagung, terkenal sebagai surga tanaman obat.

Sejak kembali ke Wa'yagung, ia dirawat oleh seorang ahli tanaman obat tradisional, Pak Daniel. Berbagai ramuan diberikan Pak Daniel pada sang pasien. Menurut pengakuan sang pasien dan keluarganya, keadaannya berangsur membaik sejak mulai dirawat Pak Daniel dengan ramuan-ramuannya.

Keadaannya sekarang, dari kacamata medis, termasuk buruk. Maka sulit bagi saya membayangkan bagaimana keadaannya dulu saat baru kembali dari Malaysia, kalau memang kondisinya sekarang dianggap sudah lebih baik oleh sang pasien dan keluarganya.

Tentunya ego saya sebagai seorang dokter tersentil. Bagaimana tidak, dalam praktek sehari-hari sulit sekali mengembalikan kondisi ODHA bila sudah terjadi penurunan keadaan umum penderita. Sampai saat ini, secara medis obat untuk penderita HIV/AIDS yang tersedia sebatas untuk memperlambat perjalanan penyakit mematikan itu dengan cara mencegah virus masuk ke dalam sel dan mencegah replikasi virus.

Secara spontan saya menganggap ini adalah efek plasebo. Menurut Jeffrey Nevid dalam bukunya Psikologi Abnormal, efek plasebo adalah sebuah pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu yang bertujuan untuk mengontrol efek dari pengharapan.

Istilah plasebo diambil dari bahasa latin yang berarti "I shall please" (saya akan senang) yang mengacu pada fakta bahwa keyakinan akan efektivitas dari suatu penanganan akan dapat membangkitkan harapan yang membantu mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk menyelesaikan problem - tanpa melihat apakah substansi yang mereka terima adalah aktif secara kimiawi atau tidak aktif.

Namun saya segera melihat sisi lain dari pengobatan ini. Jika memang benar kondisi pasien ini membaik setelah mengkonsumsi ramuan Pak Daniel, ini adalah hal yang patut diteliti lebih lanjut. Potensi tanaman obat di tanah Borneo memang luar biasa dan bukan tidak mungkin dikembangkan secara profesional sehingga dapat menjadi obat paten yang bermanfaat bagi dunia medis.

dr. Ratih Citra Sari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com