Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2014, 13:27 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com -
Nyeri adalah penyakit yang diam-diam menggerogoti kita. Di Amerika Serikat diperkirakan 50 juta orang yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan. Sekitar dua pertiga dari mereka sudah mengalami nyeri selama lebih dari lima tahun.

Dampak nyeri sangat terasa di kenyamanan hidup dan produktivitas kerja. Dalam sebuah studi yang diungkapkan oleh American Academy of Pain Management, 36 juta orang tidak bisa berangkat kerja gara-gara nyeri. Dilaporkan juga 86 juta orang tidak bisa berpartisipasi dalam banyak kegiatan karena nyeri.

Nyeri yang paling dekat dengan keseharian kita adalah nyeri otot. “Nyeri otot biasanya berhubungan dengan gerakan berulang-ulang pada otot-otot tertentu. Misalnya, menggunakan komputer terus-menerus. Leher jadi terasa pegal,” ujar Dr. Michael Triangto, SpKO, ahli kedokteran olah raga.

Nyeri bisa disebabkan oleh postur tubuh yang tidak benar. “Misalnya membungkuk saat mengetik di komputer. Badan sebaiknya tegak saat mengetik. Namun badan yang terlalu tegak terus menerus menyebabkan pegal karena terjadi produksi asam laktat berlebih di otot,” terang Dr. Michael.

Kebiasaan meletakkan telepon di bahu sambil mengetik juga dinilainya tidak bagus. “Itu bisa menimbulkan overuse injury, otot terlalu banyak dipakai. Ini juga bisa terjadi pada kasus mengetik pesan di telepon cerdas secara berlebihan. Nyeri di bahu bisa disebabkan penggunaan berlebihan pada otot jari. Karena otot jari sakit, maka kemudian memakai otot pergelangan tangan dan kemudian beralih ke otot lengan hingga akhirnya menggunakan otot bahu,” paparnya.

Pola Ikan
Otot yang terlalu teregang menyebabkan nyeri. “Misalnya mengganti lampu tanpa bantuan tangga. Tangan meraih terlalu tinggi. Akibatnya terasa nyeri,” katanya.

Istirahat adalah mekanisme sederhana untuk mengatasi nyeri. “Sebenarnya tubuh jadi nyeri atau cedera adalah mekanisme proteksi tubuh untuk mengistirahatkan diri. Peradangan di tubuh akan terus terjadi jika tidak diistirahatkan. Ini berdampak pada pemendekan otot,” ujar Dr. Michael.

Otot yang memendek bisa mengurangi produktivitas karena jangkauan gerakan otot jadi memendek. Kualitas hidup pun jadi menurun.

Pemanasan adalah satu cara untuk kembali memanjangkan otot. Agar manfaatnya lebih terasa, pemanasan ini dianjurkan dilakukan sebelum, di sela dan di akhir saat berolah raga.
Baik juga dilakukan adalah merilekkan diri dengan menikmati ruang sauna atau mandi air panas setelah olah raga.

“Panas tersebut akan menstimulasi aliran darah sehingga asam laktat penyebab pegal itu dibawa dan dimetabolisir oleh tubuh,” ucapnya.

Pijat, pijat refleksi, pakai balsam, koyo dan kerokan pada dasarnya juga terapi panas yang membuat tubuh rilek serta melancarkan aliran darah.

“Kita juga seringkali menderita pegal karena masuk angin. Kerokan itu bermanfaat menurunkan suhu tubuh. Kerap kali kerokan dilakukan dengan pola sesuai tulang ikan. Sejatinya pola tulang ikan ini mengikuti serat otot tubuh kita. Ini bagus untuk memanjangkan otot kita. Pemijatan juga bagus untuk memanjangkan otot tubuh kita,” terang Dr. Michael.

Ia menilai boleh-boleh saja kita sesekali dikerok. “Hanya, tak semua orang suka dikerok. Mungkin karena terlalu sakit atau alergi terhadap bahan yang digunakan untuk kerokan,” imbuhnya.

Jika semua pertolongan pertama sudah dilakukan namun pegal linu masih juga terasa sakit, itu tandanya kita harus mencari penyebab kelainan tersebut dengan bantuan dokter. “Pegal dan nyeri otot ini tidak bisa diabaikan karena bisa jadi penyebabnya serius. Pegal dan nyeri otot juga mengganggu produktivitas kerja,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com