Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2014, 14:18 WIB

Namun, Piot sebagai penemu virus ebola berpendapat lain. Wabah di Afrika Barat ini dinilainya tidak akan memicu wabah di luar kawasan. Kepada kantor berita AFP, Rabu (30/7), ia mengatakan, ”Meski meluas di populasi yang besar di sini, saya tidak khawatir (ini menyebar).” Dia bahkan menyatakan berani duduk di samping penderita infeksi ebola.

Menurut dia, kepanikan yang muncul saat ini akibat dari tidak adanya kepercayaan masyarakat pada pihak yang berwenang.

Pengabaian

Mengapa ebola menjadi demikian menakutkan seakan tak tersembuhkan? Menurut Guru Besar Virus dan Biologi Molekular Universitas Udayana, Bali, Gusti Ngurah Mahardika, ”Penyakit flu burung, rabies, HIV/AIDS juga mematikan. Ebola tidak sendirian.”

Persoalan terletak pada pengabaian. Penelitian tentang penyakit itu amat minim. ”Penyakit ini terjadi di negara berkembang sehingga cenderung tidak mendapat perhatian dari peneliti-peneliti Eropa atau AS. Ini dicuekin. Risetnya tidak cukup gencar dilakukan,” ujar Ngurah.

Selain itu, tambahnya, mencari hewan model untuk kondisi manusia itu sulit. ”Penyakit itu di manusia terjadi dengan hebatnya, sementara pada hewan tidak demikian parah,” katanya.

Selain itu, faktor ekonomi juga memengaruhi. ”Ekonomi di negara berkembang terbatas,” katanya lagi.

Seperti dikatakan Piot, Ngurah menambahkan, sudah ada sejumlah vaksin dihasilkan untuk mengobati ebola. ”Setidaknya, sudah mencegah kera mati. Namun, sistem yang mengatur percobaan pada manusia amat ketat,” kata Ngurah.

Meski demikian, Ngurah berpendapat, ”Apa pun teknologi yang ada, meski tidak sempurna, pasti bisa mengurangi tingkat kematian. Mestinya ini bisa tersedia untuk publik. Biayanya memang jadi amat mahal,” ujarnya. Jadi, sebenarnya jalan penyembuhan sudah dirintis. (KOMPAS/Brigitta Isworo Laksmi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com