Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2014, 07:49 WIB
Unoviana Kartika,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi


KOMPAS.com -
Saat melihat orang berperilaku aneh, biasanya orang tersebut dijuluki stres. Padahal, mungkin saja perilaku tak biasa tersebut sebenarnya merujuk pada gangguan jiwa. Memang masih banyak orang yang salah kaprah mengenai gangguan yang satu ini.

Dokter spesialis kejiwaan dari Divisi Psikiater Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Tjhin Wiguna mengatakan, stres hanyalah ungkapan awam yang merujuk pada gangguan jiwa. Sebenarnya, stres merupakan tekanan yang membuat orang harus beradaptasi dalam menghadapinya untuk dapat bertahan hidup.

"Bila bisa beradaptasi artinya seseorang bisa mengelola stres dengan baik, namun jika kesulitan maka akan memicu gangguan jiwa, yang jenisnya bermacam-macam," tuturnya saat dihubungi Kompas Health, Kamis (7/8/2014).

Gangguan jiwa dapat timbul dari skala ringan hingga berat. Gangguan jiwa ringan misalnya depresi yang tidak terlalu berat yang ditandai oleh gejala seperti murung, tidak bersemangat, atau panik. Sementara gangguan jiwa yang lebih berat misalnya depresi yang ditandai dengan menurunnya kemampuan berpikir, kognitif, psikomotorik, dan terlalu cemas akan masa depan.

"Yang terberat adalah psikotik yang sudah tidak mampu membedakan imajinasi dan realitas," ungkap Tjhin.

Semua itu  awalnya dipicu oleh stres yang tidak dapat dihadapi dengan adaptasi yang baik. Karena itu, stres merupakan sebuah kondisi, bukan gangguan yang mungkin banyak dimaksudkan orang selama ini.

Dapat disembuhkan

Tjhin menekankan, seberapapun beratnya gangguan jiwa, bila diterapi dengan tepat maka akan sembuh dan pasien gangguan jiwa dapat kembali normal. Terapinya sendiri terdiri dari dua macam jenis, yaitu dengan obat-obatan dan psikoterapi.

"Gangguan jiwa berhubungan dengan ketidakseimbangan senyawa kimia di otak atau yang disebut juga dengan neurotransmitter. Untuk memulihkannya, maka diperlukan obat-obatan. Sementara untuk memulihkan kejiwaan pasien, dibutuhkan psikoterapi yang berupa konseling," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com