Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek Kondisi Kesehatan Lewat Warna dan Bentuk Kotoran

Kompas.com - 28/08/2014, 16:41 WIB
Kevin Sanly Putera

Penulis


KOMPAS.com - Setelah buang air besar, sebaiknya jangan buru-buru menyiram kotoran di kloset. Melalui kotoran, ternyata kita bisa melihat status kesehatan, mulai dari pola makan, kecukupan air, atau apakah kita beresiko terhadap suatu penyakit.

Kotoran atau tinja adalah 'sampah' dari makanan yang nutrisinya sudah diserap tubuh. Kotoran mengandung makanan yang tidak tercerna, bakteri, lendir, dan sel mati, hal inilah yang menyebabkan kotoran berbau. Meski dirasa menjijikkan, tak ada salahnya memerhatikan kondisi kotoran di toilet sebelum disiram.

Tekstur
1. Bongkahan kecil padat dan terpisah seperti kacang
Anda kekurangan serat dan cairan! Biasakan minum air putih lebih banyak dan konsumsi buah dan sayuran.

2. Memanjang dan padat
Kondisi tubuh Anda juga kekurangan serat dan cairan, tapi tidak separah seperti tekstur sebelumnya.

3. Bentuk sosis dengan retakan pada permukaan
Ini adalah bentuk yang normal. Retakan itu berarti tubuh Anda masih membutuhkan asupan air.

4. Bentuk sosis, lembut dan halus
Kotoran bentuk ini adalah yang paling ideal. Anda tidak perlu khawatir karena tubuh Anda sehat!

5. Bongkahan lunak dengan potongan yang jelas
Kotoran ini pun masih tergolong normal bila Anda BAB beberapa kali dalam sehari.

6. Bongkahan lunak dengan ujung kasar dan encer
Bentuk ini menandakan kesehatan Anda sedang turun. Bisa jadi, Anda akan mengalami diare.

7. Cair, tidak ada yang padat
Anda menderita diare. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi. Diare merupakan cara tubuh membersihkan diri. Minumlah banyak air untuk menggantikan cairan yang hilang dari tubuh.

8. Lengket dan menempel di permukaan kloset
Kotoran Anda mengandung terlalu banyak minyak. Kemungkinannya tubuh tidak menyerap lemak dengan baik. Penyakit seperti pankreatitis kronis mencegah tubuh untuk menyerap minyak secara normal.

Warna
1. Cokelat
Warna alami yang menandakan tubuh sehat. Warna cokelat dihasilkan oleh empedu di liver.

2. Hitam
Anda bisa jadi mengalami pendarahan di dalam tubuh karena maag atau kanker. Vitamin tertentu yang mengandung zat besi juga dapat menyebabkan kotoran menjadi hitam. Waspadai bila kotoran tersebut juga lengket.

3. Hijau
Makanan terlalu cepat melewati usus besar Anda. Kemungkinan lainnya, Anda terlalu banyak mengonsumsi sayuran atau makanan yang mengandung warna hijau.

4. Putih, cerah, atau krem
Warna taklazim ini bisa jadi disebabkan karena ada penghalang pada saluran empedu. Konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa menjadi penyebabnya. Cek ke dokter.

5. Kuning
Kotoran mengandung lemak berlebih dan cenderung berbau tajam. Hal ini bisa disebabkan karena gangguan penyerapan seperti yang disebabkan penyakit celiac pada usus.

6. Merah atau ada bercak darah
Waspadalah jika Anda sering menemukan darah pada kotoran karena bisa jadi salah satu gejala kanker.  

Bila Anda mengalami gejala aneh seperti salah satu di atas, pastikan dulu setelah 1-2 kali BAB lagi. Bila gejala berlanjut, barulah konsultasi kepada dokter.

Rata-rata frekuensi BAB seseorang adalah dua kali sehari. Ada yang lebih dan ada yang kurang. Menurut para dokter, tidak ada patokan pasti. Selama BAB lancar, bentuk dan warnanya baik, itu sudah cukup.

Untuk menjaga kondisi pencernaan tetap sehat dan menghindari konstipasi, biasakan konsumsi serat sekitar 20-25 gram perhari, minum air putih yang banyak, dan olahraga. Hidrasi yang tepat akan membuat usus bekerja dengan baik dan dapat memproses makanan dengan lancar.

Jadi, apa warna dan bentuk kotoran Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com