Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/09/2014, 14:25 WIB

Kemajuan terapi

Namun, perkembangan di dunia kedokteran saat ini memungkinkan bagi ibu hamil yang positif HIV untuk mengonsumsi ARV sejak dini, melahirkan normal, dan memberikan ASI eksklusif. Bahkan, jika mengonsumsi ARV sejak dini, risiko perempuan terinfeksi HIV dari pasangannya menurun hingga 96 persen.

Hal yang berbahaya justru ketika ibu positif HIV memberikan ASI tak eksklusif atau sekaligus memberi susu formula secara bersamaan. Risiko infeksi pada bayi justru lebih besar.

Selain ibu mengonsumsi ARV, bayi yang dilahirkan pun harus mengonsumsi obat pencegahan selama enam minggu sebelum kemudian dites. Jika hasilnya negatif, pengobatan tetap dilanjutkan. Pada usia empat bulan dan 18 bulan, tes kembali dilakukan untuk memastikan anak tersebut negatif atau tak terinfeksi HIV.

Data program Pencegahan Penularan HIV Ibu ke Anak Kementerian Kesehatan menunjukkan, Januari-Juni 2014, dari 926 bayi lahir dari ibu positif HIV, 54 bayi (5,8 persen) positif HIV. Tahun lalu, dari 1.630 bayi lahir dari ibu positif HIV, sebanyak 5,6 persen atau 91 bayi positif HIV.

”Sekarang menggembirakan karena sudah banyak anak yang lahir dari ibu positif HIV dan tidak terinfeksi dinyatakan negatif HIV,” kata Samsuridjal.

Sayangnya, di lapangan, kebanyakan ibu hamil tidak merasa perlu menjalani tes HIV. Sebagian masih beranggapan, tes HIV ada kaitan dengan perilaku berisiko. Padahal, itu tak ada kaitannya. Ibu rumah tangga yang hanya diam di rumah pun bisa terinfeksi HIV dari pasangannya.

Dari waktu ke waktu, mereka menjadi kelompok paling berisiko. Mereka terinfeksi dari pasangannya yang berperilaku berisiko, misalnya menggunakan narkoba suntik.
Kasus meningkat

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, jumlah perempuan yang baru terinfeksi HIV cenderung meningkat. Tahun 2013, ada 12.279 perempuan yang baru terinfeksi HIV, dan sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang tak berperilaku berisiko. Mereka terinfeksi dari pasangannya. Tahun sebelumnya, ada 9.318 perempuan baru terinfeksi. Adapun tahun ini, hingga Juni 2014, ada 6.528 infeksi baru HIV pada perempuan.

Ibu hamil positif HIV itu kerap kali terlambat mengetahui bahwa dirinya positif HIV sehingga pengobatan untuk mencegah transmisi virus kepada bayi terlambat dilakukan. Selain itu, ada juga yang takut menjalani tes HIV dengan berbagai alasan. Akibatnya, masih ada bayi yang terlahir positif HIV. ”Kami berkomitmen agar tidak ada lagi satu pun bayi terinfeksi HIV,” kata Nafsiah.

Nafsiah menyatakan, perlu kesadaran yang tinggi dari mereka pada populasi kunci HIV untuk berperilaku bertanggung jawab. Tujuannya agar mereka tak menularkan HIV kepada pasangannya.

Selain itu, kaum perempuan juga berhak mendapatkan layanan kesehatan reproduksi sejak remaja. Dengan demikian, mereka bisa hidup sehat dan melahirkan generasi sehat dan bermutu.

Deteksi dini dan kemajuan di dunia kedokteran menjadi kunci mencegah penularan HIV kepada bayi. Hal itu juga memberi harapan bagi perempuan yang positif terinfeksi HIV untuk memiliki anak yang tumbuh sehat. (Adhitya Ramadhan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com