Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2014, 08:15 WIB
Kevin Sanly Putera

Penulis


KOMPAS.com - Pemanis buatan selama ini dianggap sebagai alternatif untuk mengurangi konsumsi gula, terutama pada orang yang menderita diabetes dan kegemukan. Tapi studi terbaru menunjukkan efek yang bertolak belakang.

Menurut peneliti dari Israel, zat kimia yang terkandung dalam pemanis buatan dapat menganggu metabolisme tubuh dan meningkatkan gula darah. Hal ini terjadi karena interaksi pemanis tersebut dengan bakteri dalam usus.

Meski demikian, bukan berarti mengonsumsi gula biasa lebih sehat dibanding gula buatan. "Gula buatan bisa berefek buruk pada sebagian orang," kata Dr. Eran Elinav, peneliti dari Institut Sains Weizmann, Israel.

Penelitian awalnya menguji tikus. Mereka menambahkan pemanis buatan ke air minum tikus-tikus tersebut, entah sakarin, sukralosa, atau aspartam. Hasilnya, hewan tersebut punya gula darah yang lebih tinggi daripada yang minum air gula biasa, atau air tanpa gula.

Para peneliti menemukan bahwa pemanis buatan itu seperti mengubah fungsi bakteri usus tikus. Ketika mereka memberi antibiotik untuk melawan bakteri tersebut, kadar gula darah tikus-tikus itu menjadi sama kembali.

Kemudian penelitian dilanjutkan kepada 400 manusia. Hasilnya tak jauh berbeda dengan studi pada tikus. Gula darah orang yang diberi pemanis buatan itu juga lebih tinggi dibanding yang makan gula biasa.

Komposisi bakteri

Ada triliunan bakteri yang tinggal pada usus seseorang. Bakteri yang sering disebut mikrobioma ini penting untuk menjaga fungsi normal usus. Perubahan pada komposisi bakteri ini akan memengaruhi beberapa fungsi tubuh. Contohnya, studi terdahulu menemukan bahwa keseimbangan komposisi bakteri pada usus akan memengaruhi risiko seseorang terkena obesitas atau diabetes.

Namun, komposisi bakteri pada tubuh seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya. Ini juga berpengaruh pada bagaimana tubuh mereka merespon makanan yang diasup.

Dalam penelitian Elinav, para penguji menambahkan sakarin pada diet tujuh orang yang tidak biasa mengonsumsi pemanis buatan. Hanya dalam empat hari, gula darah mereka meningkat dan komposisi bakteri usus mereka seketika berubah.

"Yang mengejutkan dan menarik adalah fakta bahwa kemampuan seseorang menerima pemanis buatan dapat diprediksi bahkan sebelum mereka mengonsumsinya," kata Eran Segal, ahli biologi komputasi di Institut Sains Weizmann.

Alasan mengapa perubahan bakteri usus dapat meningkatkan gula darah masih belum jelas. Namun pemanis buatan diduga bisa jadi membuat bakteri yang mengekstrak lemak menjadi lebih banyak, sehingga menyebabkan obesitas.

Jadi, perlukah kita menghindari pemanis buatan? Studi sebelumnya juga menunjukkan manfaat positif dari gula rendah kalori ini. Misalnya saja mencegah obesitas.

Beberapa penelitian memang terus dilakukan untuk mengetahui dengan pasti efek pemanis buatan terhadap tubuh. Hasil penelitian terbaru ini juga menjadi diskusi para ilmuwan, dokter, dan publik.

"Kami belum siap untuk merekomendasikan penggunaan dan dosis anjuran pemanis buatan, bahkan setelah penelitian ini," kata Segal. "Kami hanya menyampaikan hasil penelitian kepada manusia dan tikus. Penelitian ini belum menyimpulkan manfaat baik dari pemanis buatan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com