Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/10/2014, 15:21 WIB

Adapun kadar lemak jenuh paling besar terdapat pada santan dibandingkan daging dan minyak goreng. ”Bukan tak boleh mengonsumsi makanan mengandung lemak, karena lemak bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Namun, frekuensi dan porsi dibatasi, terutama bagian yang mengandung lemak jahat tinggi, seperti otak, jeroan, dan kulit ayam,” kata Ratna.

Asupan lemak yang dianjurkan adalah 25-35 persen dari total energi dan 8-10 persen di antaranya ialah lemak jenuh. Tak mudah mengubah kebiasaan makan, apalagi jika terkait latar belakang etnis. Orang Minang, misalnya, terbiasa makan masakan bersantan yang mengandung lemak jenuh tinggi sehingga kadar lemak dalam darah mereka umumnya tinggi.

Dalam penelitian Ratna, dibandingkan orang Sunda, Bugis, dan Jawa, orang Minang memiliki kadar kolesterol tertinggi. Tak berarti kadar kolesterol pada etnis lain rendah. Meski orang Sunda gemar mengonsumsi sayuran, jika sayuran yang disantap bersantan, itu bisa menyebabkan kadar kolesterol tinggi.

Protein hewani kaya lemak jenuh juga ditemui pada masakan daerah Minahasa. Hasil studi menunjukkan, risiko penyakit jantung koroner pada mereka yang sering makan sate babi kotey 12 kali lebih tinggi dibandingkan yang jarang makan sate babi kotey. Begitu juga mereka yang sering makan paniki kelelawar 6,4 kali lebih berisiko kena penyakit jantung koroner dibandingkan yang jarang memakan paniki.

Maka dari itu, pola makan perlu dijaga sejak awal masa kehamilan. Menurut Ratu Ayu, di sejumlah negara, pola makan tak sehat pada ibu hamil bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner pada anak saat beranjak dewasa. Karena itu, selain gaya hidup, periode 1.000 hari pertama kehidupan tak boleh diabaikan agar tak terkena berbagai penyakit. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com