Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/10/2014, 14:38 WIB

Kepala Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Pernapasan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Budhi Antariksa mengatakan, asma merupakan penyakit obstruktif yang disebabkan penyempitan pada saluran napas besar yang ditandai pembengkakan mukosa, kontraksi bronkus, dan muncul lendir. Asma bisa pulih.

Adapun PPOK terjadi tidak hanya pada saluran napas besar, tetapi sampai saluran napas kecil dan bersifat permanen. Pada PPOK, selain mukosa yang bengkak, jaringan ikat di bawahnya juga menebal. ”Keduanya sama-sama penyakit kronis dengan inflamasi,” ujar Budhi.

Akibat penebalan, elastisitas otot paru terganggu sehingga paru akan tampak besar. Proses kembang-kempisnya terganggu sehingga udara tidak masuk ke dalam tubuh dengan maksimal.

Penelitian terkini yang belum banyak diketahui pada asma, kata Budhi, ialah penyempitan yang bisa terjadi hingga saluran napas kecil. Dengan demikian, ada penyakit asma bersisian dengan PPOK, begitu juga PPOK yang terlihat seperti asma.

Obat yang biasa diberikan pada orang asma ialah steroid plus bronkodilator yang bekerja lama. Obat itu menaikkan ambang batas rangsang sehingga asma pada seseorang tak mudah terpicu.

Sementara yang diberikan kepada pasien PPOK biasanya adalah antimuskarinik kerja-lama yang bekerja pada otot polos pada saluran napas kecil.

Pengobatan tambahan dengan tiotropium itu jadi harapan baru penderita asma berat yang sering kambuh. Budhi memperkirakan, nantinya pengobatan dengan tiotropium itu tak hanya bagi pasien asma berat, tetapi juga pasien asma moderat dan ringan. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com