Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cangkok Rahim, Terobosan Baru untuk Mendapatkan Keturunan

Kompas.com - 08/10/2014, 16:40 WIB

KOMPAS.com - Cangkok rahim telah menjadi terobosan baru dalam membantu wanita yang tidak memiliki rahim untuk mengalami hamil dan melahirkan bayi dari darah dagingnya sendiri. Setelah bayi pertama lahir dari wanita yang mendapat cangkok rahim, kini segera menyusul bayi kedua.

Wanita kedua yang berhasil hamil setelah mendapat cangkok rahim tersebut diperkirakan akan melahirkan dalam waktu dekat ini. Tim dokter di Swedia yang menangani pencangkokan rahim ini mengatakan, keberhasilan ini adalah gelombang baru dalam dunia fertilitas.

“Ini sangat berarti, bahwa kita mampu membantu pasien yang telah mencoba begitu lama untuk memiliki keluarga. Ini adalah keping terakhir dari puzzle untuk menemukan cara bagi semua wanita yang bermasalah dengan kesuburannya," kata Dr.Mats Brannstrom, profesor obstetri dan ginekologi dari Universitas Gothenburg, Swedia.

Brannstrom memprediksi akan ada banyak lagi bayi yang lahir dari ibu yang telah menerima sumbangan rahim. Hal ini dikarenakan para dokter di seluruh dunia termasuk Australia, Inggris, Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok sedang mempelajari teknik ini.

Ia menambahkan saat ini telah mencoba menumbuhkan rahim di laboratorium. Prosedur ini dilakukan dengan  mengambil rahim dari donor yang telah meninggal, kemudian mengecilkan DNA-nya dan menggunakan sel penerima untuk garis struktur.

Pengujian awal sudah dilakukan pada hewan dan diperkirakan setidaknya butuh lima tahun lagi sebelum teknik ini bisa dicoba pada manusia.

Walau terdengar seperti fiksi ilmiah, tetapi teknik ini telah memicu keberhasilan kelahiran yang diumumkan minggu lalu.  

“Itu membuat apa yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin,” kata Dr Nannete Santoro, Ketua Kebidanan dan Ginekologi di Universitas Colorado. Namun, ia tidak terlibat dalam penelitian Brannstrom ini.

Wanita pertama

Pasangan bahagia di Swedia yang minggu lalu menjadi bahan berita di seluruh dunia setelah melahirkan bayi, bersedia dikunjungi oleh wartawan Associated Press di rumahnya. Ayah dan ibu baru ini menamakan anak mereka ‘Vincent’, yang berarti ‘untuk menaklukan’. Nama ini diberikan untuk merayakan kemenangan atas perjalanan sulit mereka menjadi orang tua. 

Sang ibu bersedia diwawancara dengan syarat alamat rumahnya tak diungkap karena tak ingin anaknya kelak menjadi sasaran publisitas. Ibu tersebut juga tak pernah berpikir bahwa ia menjadi wanita pertama yang melahirkan bayi dengan transplantasi rahim.

Ia mengatakan dirinya belum bisa percaya bisa menjadi seorang ibu, apalagi setelah di usia 15 tahun ia menemukan fakta tak punya rahim dan tak akan bisa mengandung anaknya sendiri. Siapa sangka,  di usia ke-36 dia terpilih menjadi salah satu dari sembilan perempuan yang menerima tranplantasi rahim tahun lalu dalam percobaan terobosan yang dipimpin oleh Brannstrom.

Sedangkan suaminya mengatakan bahwa mereka akan selamanya berterima kasih kepada wanita umur 61 tahun, yang telah menyumbangkan rahimnya dan merupakan salah satu teman baiknya. Wanita tersebut memberikan rahimnya setelah mendengar tentang kesulitan yang mereka hadapi.

“Apa yang dia lakukan untuk kami begitu luar biasa dan tanpa pamrih. Tampaknya kata ‘terima kasih’ pun tak akan cukup,” kata sang ayah.

Kini hari-hari mereka sedang diliputi kebahagiaan. Mereka mengaku setiap hari selalu memandangi wajah tenang sang bayi.  Dia dan suaminya mengatakan tidak tahu bagaimana mereka akan memberitahu anaknya bahwa ia sudah membuat sejarah medis setelah mereka tua nanti.

"Kami akan menunjukkan kepadanya semua artikel yang ditulis dan mengatakan padanya tentang segala sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan dia," katanya.

"Mungkin dia akan terinspirasi untuk menjadi seorang dokter," tambahnya. (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com