Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/11/2014, 17:48 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com –
Tak dapat dipungkiri, perilaku buang air besar (BAB) sembarangan  masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah pedesaan, masyarakat masih BAB sembarangan di kali atau sungai.

Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi dan  mencuci pakaian di sungai yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare hingga pneumonia pada anak-anak.

Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso mengatakan, pola pikir masyarakat di pedesaan  harus diubah terlebih dahulu. Apalagi, kata Naning, tahun 2020 diperkirakan terjadi urbanisasi di Indonesia.

“Itu jadi permasalah karena mereka pikir nanti, ah alam akan membereskan. Kenapa kita enggak bisa mengubah mindset bangsa kita?” kata Naning di Jakarta, Selasa (18/11/2014).

Setelah itu, dibangunlah toilet sebagai tempat BAB, baik toilet duduk maupun jongkok.  Naning mengatakan, pembangunan toilet umum dapat disesuaikan dengan budaya masing-masing daerah.

“Misal, di Indonesia bagian timur, mungkin dibangun empat toilet jongkok dan dua toilet duduk. Jadi kita lihat lokasinya di mana,” terangnya.

Menurut Naning, kini mulai banyak yang membantu pembangunan toilet di pedesaan. Data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan perilaku BAB yang benar meningkat jadi 82,6 persen dari 71 persen tahun 2010.

“Jumlah Desa STBM (sanitasi total berbasis masyarakat) termasuk stop BAB sembarangan pada triwulan 3 tahun 2014 sudah mencapai 19.100 desa dari target 20.000 tahun 2014,” ujar Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama  melalui pesan singkat, Rabu (19/11/2014).

Namun, permasalahan pun tak selesai sampai di situ. Toilet yang ada sering kali dibiarkan kotor. Kuman kembali bersarang dan  menjadi sumber penyakit. Sementara itu, di daerah yang kering seperti wilayah Nusa Tenggara Timur, masyarakat juga masih sulit mendapatkan air bersih.

Naning mengatakan, pembangunan toilet di pedesaan yang tetap terjaga kebersihannya seharusnya bisa terwujud jika ada komitmen dari warga untuk hidup bersih. Pemerintah daerah  pun harus menjadikan akses sanitasi yang layak bagi warga sebagai prioritas. Sebab, toilet bukan pilihan, melainkan suatu kebutuhan.

Selain itu, edukasi mengenai sanitasi harus terus menerus dilakukan. Naning mengatakan, pembangunan toilet tak perlu terlalu mahal, yang penting tetap terjaga kebersihannya.

“Jadi komitmennya dulu bagaimana. Edukasi kepada masyarakat soal sanitasi penting sekali,” kata dia.

Sementara itu, menurut Naning perlu ada payung hukum yang mengaturnya, melihat buruknya toilet umum yang ada di Indonesia, termasuk di Jakarta sendiri,. Hanya saja, pemerintah nampaknya belum melihat sanitasi sebagai masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat.

 “Saya sudah berapa kali ke DPR, lalu minta pemerintah DKI dari jaman Pak Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012), dia janji akan bikinin payung hukum,” ucap Naning.

Naning mengatakan, toilet umum  harus sesuai standar, diantaranya bersih,  higienis, dan adanya toilet khusus untuk orang cacat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com