Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2014, 14:00 WIB

TANYA:

Selamat siang dokter. Anak saya berumur 4,5 tahun. Sejak lahir hingga umur 2 tahun anak saya selalu ngedot sehingga 4 gigi susu depan atas dan 4 gigi susu depan bawah geripis kecoklatan hingga tinggal sedikit karena sudah putus.

Di umur 4,5 tahun ini anak saya mengeluh giginya sakit, setelah saya cek ternyata 1 gigi geraham bawah, tengahnya lubang dengan pinggir pinggir kecoklatan, mungkin lubangnya sudah sampai ke gusi. Anak saya takut sekali kalau dibawa ke dokter gigi. Lubang itu kira kira kenapa ya dok karena anak saya sudah tidak ngedot sejak 2 tahun yang lalu. Dan apabila dibiarkan apakah tidak apa apa hingga menunggu gigi itu lepas digantikan gigi permanen? terima kasih

 Zeni Frida (26), Sidoarjo

JAWAB:

Ibu Zeni di Sidoarjo,
Kebiasaan menghisap dot dengan botol susu, apalagi sebagai pengantar tidur memang dapat menyebabkan pengeroposan gigi pada anak. Prosesnya memang cukup lama, sehingga pada kasus dengan kebiasaan yang sudah dihentikan cukup lama, efeknya tetap akan muncul di masa yang akan datang.

Gigi susu dalam kaitannya dengan pertumbuhan gigi permanen memiliki fungsi yang penting, yaitu sebagai pemandu gigi tetap untuk tumbuh sesuai posisinya pada lengkung rahang.

Jika gigi susu rusak (kondisinya berlubang, kehitaman, mahkota gigi-nya tinggal sisa sedikit, atau bahkan sudah rata gusi), dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen-nya. Apabila gigi susu yang rusak tersebut tidak dirawat, lama-kelamaan gigi tersebut dapat lepas atau perlu dicabut sebelum waktunya.

Gigi susu yang dicabut dan dibiarkan ompong, dapat menyebabkan gigi permanen kehilangan pemandunya untuk tumbuh keluar gusi. Sehingga gigi permanennya dapat tumbuh di luar lengkung rahang, dan secara klinis gigi permanen terlihat miring atau bertumpuk.

Pilihan perawatan untuk gigi geraham susu yang sudah terlanjur berlubang:
1. Melakukan perawatan saluran akar gigi, dilanjutkan dengan pembuatan pasak gigi (tiang penguat mahkota gigi) dari strip fiber, lalu dilakukan pembuatan mahkota gigi dengan bahan tambal resin komposit.

2. Melakukan pencabutan gigi yang telah rata dengan gusi, lalu dilakukan pembuatan penahan ruang gigi (space maintainer).

3. Jika masih ada sisa mahkota giginya, maka dapat langsung dilakukan penambalan gigi dengan bahan tambal resin komposit atau dilakukan pembuatan mahkota yang dibuat di laboratorium.

Sebaiknya gigi susu yang telah berlubang jangan dibiarkan saja, sebab lama-kelamaan dapat menyebabkan lubang gigi semakin dalam, menimbulkan rasa sakit yang sangat tidak nyaman, terjadi infeksi pada bagian ujung akar gigi, serta dapat menimbulkan bengkak.

Proses perawatan gigi pada anak diperlukan kerjasama yang baik antara dokter gigi dan orang tua. Anda dapat mendatangi dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak (Drg., SpKGA) yang memang mendalami ilmu untuk merawat gigi anak sesuai kondisi psikologis anak.

Anda juga dapat memilih klinik atau rumah sakit yang suasananya disukai anak, tidak menakutkan, dan nyaman bagi anak Anda. Pada kunjungan pertama biasanya hanya dilakukan pengenalan terhadap dokter gigi, ruangan dan alat. Pada kunjungan kedua, barulah dapat dilakukan tindakan medis pada anak sesuai diagnosa.

Anda sebagai orang tua juga harus memberikan dukungan penuh terhadap anak, jangan menampakkan sikap yang terlalu protektif, memanjakan, atau bahkan memarahi anak. Anda juga dapat membawa serta mainan kesukaan anak, misalnya boneka kesayangannya. Sehingga anak menjadi lebih semangat untuk berkunjung ke dokter gigi. Dengan demikian anak diharapkan dapat kooperatif selama menjalani perawatan oleh dokter gigi.

Demikian Ibu Zeni, semoga informasinya bermanfaat. Salam gigi sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com