Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/12/2014, 12:50 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com
– Human immunodeficiency virus (HIV) tak hanya menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak. Mereka sebagian besar tertular virus melalui ibunya yang positif HIV. Penularan kepada anak bisa terjadi saat masih dalam kandungan, proses persalinan, dan menyusui.

Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Kesehatan hingga 14 September 2014, infeksi HIV pada anak usia kurang dari 4 tahun yaitu 553 anak (2,4 persen) dan anak usia 5-14 tahun sebanyak 234 anak (1 persen).

Kasubdit HIV dan Penyakit Menular Seksual (PMS), Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia mengatakan, penularan itu umumnya karena sejak awal ibu hamil tidak tahu telah positif HIV. Akhirnya, mereka tidak pernah konsumsi antiretroviral (ARV), obat untuk menurunkan virus dalam tubuh.

“Jadi ibu hamil ditawarkan untuk cek HIV. Kalau diketahui sejak awal, penularan ke anak sangat bisa dicegah,” ujar Nadia saat ditemui di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Jika positif HIV, ibu hamil harus rutin minum ARV setiap hari. ARV pun sudah dibuktikan aman untuk ibu hamil. Hanya saja, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terkadang tak kuat dengan efek samping dari konsumsi ARV. Efek samping ARV , diantaranya mual, pusing, hingga berhalusinasi. Namun, efek samping itu hanya terjadi pada awal konsumsi ARV.

JIka minum ARV secara rutin, virus HIV bisa tidak terdeteksi sehingga mencegah penularan ke bayi.

Persalinan normal dan ASI

Nadia mengatakan, ODHA pun bisa menjalani persalinan normal. Bahkan persalinan normal dianjurkan jika rumah sakit tertentu, seperti di daerah yang belum bisa melakukan operasi caesar sesuai standar untuk ibu hamil HIV.

Seperti ibu hamil pada umumnya, persalinan caesar dilakukan jika memang tidak memungkinkan untuk melahirkan normal. Kuncinya adalah tak pernah putus konsumsi ARV setiap hari.

“Kalau minum ARV, virusnya bisa tidak terdeteksi. Sekarang sudah mulai banyak yang bisa persalinan normal dan bayinya tidak tertular,” terang Nadia.

Setelah melewati persalinan, bayi yang sudah lahir juga diutamakan meminum ai susu ibu (ASI). Pemberian ASI dianjurkan selama 6 bulan. ASI dihentikan jika puting susu ibu mengalami luka. Ibu hamil pun tak boleh telat atau lupa konsumsi ARV setiap hari.

Pencegahan tak hanya dilakukan pada ibu dengan rutin minum ARV. Bayi yang baru lahir akan diberikan profilaksis selama enam minggu.

Sejak lahir, bayi dari ibu ODHA akan terus dipantau. Untuk mengetahui apakah bayi tersebut positif HIV atau tidak, dilakukan pemeriksaan PCR yang disebut early infant diagnosis (EID). Pemeriksaan pada bayi baru bisa dilakukan setelah enam minggu dari kelahirannya.

Jika hasilnya negatif, pemeriksaan tak akan berhenti sampai di situ.  Pemeriksaan akan dilakukan hingga usia 18 bulan, yakni empat minggu sekali, dua bulan sekali, atau empat bulan sekali. “Kalau negatif setelah usia 18 bulan, itu sudah pasti negatif,” kata Nadia.

Jika bayi positif HIV

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com