KOMPAS.com — Bayi tabung bisa menjadi salah satu solusi bagi pasangan suami istri yang sulit mendapatkan keturunan. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Budi Wiweko menegaskan, kualitas bayi tabung tak ada bedanya dengan bayi dengan pembuahan alami.
"Tidak ada perbedaan dalam hal kecacatan. Tumbuh kembangnya juga bisa sama dengan bayi lain," ujar Budi dalam diskusi di Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Budi, yang juga Konsultan Fertilitas dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), mengatakan, bayi tabung pertama di dunia kini telah berusia 36 tahun. Ia hidup normal dan telah memiliki keturunan secara alami.
Sementara itu, bayi tabung pertama di Indonesia ialah pada tahun 1988. Kini ia telah berusia 26 tahun.
Menurut Budi, bayi tabung pun tidak memengaruhi tingkat kecerdasan. "Bayi tabung di Indonesia itu sudah tamat kuliah, sudah insinyur. Jadi, sama saja," ujar Budi.
Budi mengatakan, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40 persen. Terdapat beberapa risiko dari proses bayi tabung. Salah satunya adalah hamil ganda.
"Hamil ganda dianggap komplikasi karena berisiko bayi jadi lahir prematur," kata Budi yang merupakan anggota tim IA-RC (Reproductive Clinic) dan IA-IVF (In Vitro Fertilization) Daya Medika ini.
Hamil ganda bisa terjadi karena dua sampai tiga embrio ditanam dalam rahim calon ibu.